Rabu, 27 Desember 2023

Dalam hidup ada momen yang asli dan palsu, apa itu?

 


Semua dari kita adalah makhluk yang pertama kali menyaksikan kehidupan. Kita tidak pernah hidup untuk kedua kalinya di dunia ini. Maka di kehidupan kita yang pertama kali dan hanya sekali ini kita perlu belajar. Kenapa kita harus belajar? Agar kita bisa menjalani kehidupan yang baik seperti yang kita harapkan. Di masa muda orang pasti menghadapi berbagai bentuk kekecewaan. Itu wajar-wajar saja karena orang muda biasanya bersosial tanpa seni. Mengikuti arus yang ada saja. Sampai nanti di ujungnya dia menghadapi kekecewaan. Hal itu akan menjadi siklus sampai dia bisa mengambil pelajarannya.

Kenapa bersosial adalah seni. Jika di perhatikan bersosial itu selalu ada yang menang dan kalah. Ada yang sengaja untuk mengalah, ada juga yang mau selalu menang. Tapi ada juga yang bisa mengatur momen kemenangan dan kekalahan. Maksudnya adalah dalam bersosial selalu ada yang untung dan rugi, bahkan ada yang samar-samar antara untung dan rugi. Karena bersosial itu selalu ada yang menang dan kalah maka disitulah seninya. Bagaimana kita mengatur kemenangan dan kekalahan itu secara seimbang agar relasi tetap terjalin dengan baik. Dalam bersosial jarang sekali kita mendapat kedudukan yang sama-sama menang atau di untungkan. Biasanya kita akan ada di posisi menang ataupun kalah.

Manusia adalah makhluk yang memiliki ego. Orang lain akan menganggap kita ada jika kita memiliki manfaat untuknya. Jika tidak, kemungkinan besar kita akan ditinggalkan dan tak di anggap. Manusia memandang manusia lainnya dengan keuntungan dan kerugian. Jika kita yang di untungkan maka kita di posisi menang tapi jika kita di posisi kalah sebenarnya kita sedang rugi, tapi harus di sadari bahwa hal itu harus di lakukan agar relasi tetap berjalan. Seni bersosial adalah mengatur hal-hal itu. Bagaimana caranya agar kita bisa memanfaatkan orang lain, tapi kita juga harus mau di manfaatkan orang lain.

Semakin kita memperhatikan maka semakin kita tahu bagaimana perilaku seseorang. Apakah yang dilakukan seseorang itu benar-benar tulus ataupun hanya mengincar sesuatu saja. Kita bisa merasakan itu dalam suatu interaksi dan momen. Kita perlu membedakan mana momen asli dan palsu sebagi pertimbangan kita menilai seseorang. Agar seni bersosial kita bisa seimbang dan tidak melulu dalam posisi yang  rugi.

Momen palsu adalah momen yang terasa janggal dan aneh. Ketika ada seseorang yang mendekati kita dan tiba-tiba menjadi baik. Bahkan bersedia menghabiskan waktu bersama. Jika bertemu dengan orang semacam ini. Jangan di jauhi, tapi lebih berhati-hati saja. Sudah bisa di baca pada akhirnya dia hanya membutuhkan kita untuk di mintai bantuan. Momen-momen yang tercipta adalah palsu demi sebuah pemanfaatan saja. Kamu akan menghadapi fakta yang menyakitkan jika kamu tidak menyadari kamu sedang mengalami momen palsu sedari awal. Nantinya kamu akan ditinggalkan begitu saja. Tanpa ada cerita dan basa-basi lagi. Apakah ada orang yang setega itu? Tentu saja ada. Makanya gunakanlah seni dalam bersosial. Belajar untuk menolak sesuatu adalah cara kamu berprinsip dan menghargai diri sendiri. Jangan hidup dalam kekangan momen palsu seseorang dan hanya menjadi luka batin saja nantinya.

Momen palsu juga bisa berupa keterpaksaan pada suatu momen padahal kita tidak menginginkannya. Biasanya karena kita tidak nyaman dengan orang-orang yang ada di momen itu. Sehingga kita merasa tidak nyaman. Kalau bukan karena suatu tuntutan mungkin kita tidak mau melakukannya. Hasilnya momen yang ada menjadi hambar dan tidak bisa dinikmati sebagaimana seharusnya.

Sedangkan momen asli adalah momen bersama orang-orang yang bisa kita percaya seperti teman, pasangan, ataupun keluarga. Mereka adalah orang-orang yang kita tahu seluk-beluknya dan sudah satu frekuensi. Momen ini akan terasa hangat berisikan obrolan dan senda gurau. Kita bisa sangat menikmatinya bahkan akan tersimpan dalam memori kenangan. Bahwa waktu yang kita habiskan bersama mereka adalah momen tanpa kepalsuan dan membawa kesan bahagia.

Jadi ketika kita tahu mana momen asli dan palsu setidaknya kita akan lebih bijak dalam bersosial. Dan membuat kita tetap berusaha tenang dalam menyikapi berbagai momen di kehidupan.

Share:

1 komentar:

  1. Tapi nih ya, pada dasarnya, sulit banget kita menemukan orang yang nggak ada maksud tertentu, mendekati orang lain.
    Semua pasti ada maunya, wakakakka.
    Bahkan anak ke ortu, ortu ke anak, ada embel-embel harapannya ketika mendekati satu sama lainnya :D

    BalasHapus