Semua dari kita
adalah makhluk yang pertama kali menyaksikan kehidupan. Kita tidak pernah hidup
untuk kedua kalinya di dunia ini. Maka di kehidupan kita yang pertama kali dan
hanya sekali ini kita perlu belajar. Kenapa kita harus belajar? Agar kita bisa
menjalani kehidupan yang baik seperti yang kita harapkan. Di masa muda orang
pasti menghadapi berbagai bentuk kekecewaan. Itu wajar-wajar saja karena orang
muda biasanya bersosial tanpa seni. Mengikuti arus yang ada saja. Sampai nanti
di ujungnya dia menghadapi kekecewaan. Hal itu akan menjadi siklus sampai dia
bisa mengambil pelajarannya.
Kenapa bersosial
adalah seni. Jika di perhatikan bersosial itu selalu ada yang menang dan kalah.
Ada yang sengaja untuk mengalah, ada juga yang mau selalu menang. Tapi ada juga
yang bisa mengatur momen kemenangan dan kekalahan. Maksudnya adalah dalam bersosial
selalu ada yang untung dan rugi, bahkan ada yang samar-samar antara untung dan
rugi. Karena bersosial itu selalu ada yang menang dan kalah maka disitulah
seninya. Bagaimana kita mengatur kemenangan dan kekalahan itu secara seimbang
agar relasi tetap terjalin dengan baik. Dalam bersosial jarang sekali kita
mendapat kedudukan yang sama-sama menang atau di untungkan. Biasanya kita akan
ada di posisi menang ataupun kalah.
Manusia adalah
makhluk yang memiliki ego. Orang lain akan menganggap kita ada jika kita
memiliki manfaat untuknya. Jika tidak, kemungkinan besar kita akan ditinggalkan
dan tak di anggap. Manusia memandang manusia lainnya dengan keuntungan dan
kerugian. Jika kita yang di untungkan maka kita di posisi menang tapi jika kita
di posisi kalah sebenarnya kita sedang rugi, tapi harus di sadari bahwa hal itu
harus di lakukan agar relasi tetap berjalan. Seni bersosial adalah mengatur
hal-hal itu. Bagaimana caranya agar kita bisa memanfaatkan orang lain, tapi
kita juga harus mau di manfaatkan orang lain.
Semakin kita
memperhatikan maka semakin kita tahu bagaimana perilaku seseorang. Apakah yang
dilakukan seseorang itu benar-benar tulus ataupun hanya mengincar sesuatu saja.
Kita bisa merasakan itu dalam suatu interaksi dan momen. Kita perlu membedakan
mana momen asli dan palsu sebagi pertimbangan kita menilai seseorang. Agar seni
bersosial kita bisa seimbang dan tidak melulu dalam posisi yang rugi.
Momen palsu
adalah momen yang terasa janggal dan aneh. Ketika ada seseorang yang mendekati
kita dan tiba-tiba menjadi baik. Bahkan bersedia menghabiskan waktu bersama.
Jika bertemu dengan orang semacam ini. Jangan di jauhi, tapi lebih berhati-hati
saja. Sudah bisa di baca pada akhirnya dia hanya membutuhkan kita untuk di
mintai bantuan. Momen-momen yang tercipta adalah palsu demi sebuah pemanfaatan
saja. Kamu akan menghadapi fakta yang menyakitkan jika kamu tidak menyadari
kamu sedang mengalami momen palsu sedari awal. Nantinya kamu akan ditinggalkan
begitu saja. Tanpa ada cerita dan basa-basi lagi. Apakah ada orang yang setega
itu? Tentu saja ada. Makanya gunakanlah seni dalam bersosial. Belajar untuk
menolak sesuatu adalah cara kamu berprinsip dan menghargai diri sendiri. Jangan
hidup dalam kekangan momen palsu seseorang dan hanya menjadi luka batin saja
nantinya.
Momen palsu juga
bisa berupa keterpaksaan pada suatu momen padahal kita tidak menginginkannya.
Biasanya karena kita tidak nyaman dengan orang-orang yang ada di momen itu.
Sehingga kita merasa tidak nyaman. Kalau bukan karena suatu tuntutan mungkin
kita tidak mau melakukannya. Hasilnya momen yang ada menjadi hambar dan tidak
bisa dinikmati sebagaimana seharusnya.
Sedangkan momen
asli adalah momen bersama orang-orang yang bisa kita percaya seperti teman,
pasangan, ataupun keluarga. Mereka adalah orang-orang yang kita tahu
seluk-beluknya dan sudah satu frekuensi. Momen ini akan terasa hangat berisikan
obrolan dan senda gurau. Kita bisa sangat menikmatinya bahkan akan tersimpan
dalam memori kenangan. Bahwa waktu yang kita habiskan bersama mereka adalah
momen tanpa kepalsuan dan membawa kesan bahagia.
Jadi ketika kita
tahu mana momen asli dan palsu setidaknya kita akan lebih bijak dalam
bersosial. Dan membuat kita tetap berusaha tenang dalam menyikapi berbagai
momen di kehidupan.
Tapi nih ya, pada dasarnya, sulit banget kita menemukan orang yang nggak ada maksud tertentu, mendekati orang lain.
BalasHapusSemua pasti ada maunya, wakakakka.
Bahkan anak ke ortu, ortu ke anak, ada embel-embel harapannya ketika mendekati satu sama lainnya :D