Selasa, 19 Desember 2023

Siapakah aku?

 


Semakin kesini aku merasa berbeda dari aku yang dulu. Hidupku sekarang terasa sepi tapi justru menenangkan. Sungguh tidak menyangka aku menjadi seperti ini. Di masa lalu aku adalah orang yang ramai. Suka sekali berteman dan bersosial. Rasanya hidupku yang dulu selalu dikelilingi oleh orang-orang. Bahkan aku tidak memilih-milih dengan siapa aku berbicara. Sekarang, minat akan hal itu sudah menurun. Aku yang sekarang lebih suka menyendiri dan menulis. Menikmati memori yang terekam dari aktivitas harianku. Mengolah kembali hasil observasi dari pemikiran atau hal baru. Aku lebih suka ketenangan dan sebisa mungkin menghindari masalah-masalah yang bisa menimpaku.

Mungkin masih ada bekas dari masa laluku yang tidak bisa hilang, yakni sifat ramai dalam diriku. Sifat itu masih ada tapi hanya muncul sesekali di ruang lingkupku yang sempit, yakni tempat kerja dan keluarga. Aku harus bersyukur kepada Allah Swt. karena telah diberikan yang banyak. Aku memiliki istri, punya rumah meskipun masih menumpang dengan orang tua, dan juga penghasilan yang cukup untuk membeli kebutuhan dan keinginan.

Aku merasa sifat kekanak-kanakanku masih dominan. Aku suka sekali membercandakan orang lain. Bahkan terkadang aku harus mengendalikan diriku, karena tidak semua orang bisa di ajak bercanda. Dan aku juga takut kalau nantinya jokes yang ku buat bisa membuat orang lain marah. Satu lagi, aku masih suka dengan yang namanya mainan. Setiap pergi ke pusat perbelanjaan pasti aku suka melihat-lihat mainan. Meskipun aku merasa ini bukanlah eraku lagi untuk bermain mainan. Tetap saja aku masih kagum dengan mainan. Tapi pikiran dewasaku mencegah untuk membelinya, karena untuk apa di beli jika nantinya bingung mau bermain dengan siapa karena bukan eranya lagi. Melihat-lihat saja sudah cukup bagiku. Itu seperti bernostalgia dengan masa kecil.

Aku suka menulis, tapi tulisanku hanya refleksi dari pemikiranku saja. Kebanyakan tentang pengalaman dan sudut pandang mengenai suatu kejadian. Mungkin tulisan-tulisanku bisa di bilang sebagai jurnal hidupku. Tidak seperti penulis lain yang niatnya memberi manfaat pada orang lain, aku justru seperti menasihati diriku sendiri di setiap tulisanku. Niatnya memang ingin menghasilkan dollar dari tulisan, tapi ternyata belum mampu dan hanya menjadikan menulis sebagai kegiatan journaling.

Aku juga suka olahraga terutama basket. Menurutku basket adalah olahraga yang keren seperti mendefinisikan seni dalam gerakkan. Cara seseorang menghandle bola basket sangat indah di pandang. Seluruh tubuh ikut bergerak tangan mengatur pantulan bola dan kaki bekerja keras untuk menembus pertahanan lawan. Basket juga bisa menjadi pelepas stress. Memantulkan bola basket dan menembak bola ke arah ring seperti memiliki kepuasan tersendiri. Tapi sayangnya semenjak memasuki rutinitias kerja. Rasanya sulit untuk bisa memiliki waktu luang untuk bermain bola basket.

Dalam berinteraksi aku selalu mencoba menghargai lawan bicara, tapi adakalanya aku juga mudah kesal terhadap sesuatu dan menjadi acuh bahkan bersikap kurang ajar. Untungnya itu jarang, kebanyakan aku bisa menghandle situasi meskipun kadang terlihat memaksakan. Aku selalu menganggap aku mampu dalam mengerjakan berbagai hal. Itu merupakan bentuk resiliensi yang aku tanam agar aku bisa tegas menjalani kehidupan tanpa ketakutan mengahapi kenyataan. Aku ingin membuat orang tuaku bangga, dan aku ingin pendidikan yang telah aku ampu selama ini bisa membawa keberanian untuk melakukan berbagai hal.

Sungguh aku tidak tahu bagaimana orang lain menilaku. Apakah aku ini seburuk yang aku pikirkan atau justru orang lain banyak yang mengagumi diriku. Entahlah, aku tidak tahu. Sampai saat ini aku masih terus belajar dan berusaha menjadi versi terbaik dari diriku. Musuh terbesar yang sampai kini coba aku takhlukan adalah rasa malas. Kemalasan adalah akar dari segala kekacauan yang terjadi dalam hidupku di masa lalu. Semoga aku bisa menakhlukannya dan menjadi pribadi yang disiplin.

Cita-cita terbesarku adalah bisa menikmati hidup sepenuhnya. Bisa menjadi manusia yang Merdeka tanpa diperbudaki orang lain. Bisa belajar banyak dari kehidupan orang lain. Menikmati masa tua dengan membaca dan menulis. Memiliki perpustakaan mini yang bisa dinikmati semua orang. Menjadi bijaksana dan bermanfaat untuk orang banyak.

Jadi, itulah aku. Setidaknya menurutku sendiri.

Share:

2 komentar:

  1. selamat menikmati ketenangan hidup :D
    Saya udah sejak kecil menikmati hidup demikian, karenanya terbiasa sampai tuwah, hahaha.
    Saya menikmati banget kesendirian, dan sejujurnya mager ke luar. Namun, sekali ketemu orang, ya masih rame juga. Cuman emang aslinya menikmati kesendirian, lebih asyik buat saya.

    Btw, beli aja mainannya, kan bisa main sama istrinya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya menjauhi orang2 bukan berarti kita anti sosial, tapi meminimalisir drama hehe. terimakasih sudah berkunjung

      Hapus