Semakin kesini
aku merasa berbeda dari aku yang dulu. Hidupku sekarang terasa sepi tapi justru
menenangkan. Sungguh tidak menyangka aku menjadi seperti ini. Di masa lalu aku
adalah orang yang ramai. Suka sekali berteman dan bersosial. Rasanya hidupku
yang dulu selalu dikelilingi oleh orang-orang. Bahkan aku tidak memilih-milih
dengan siapa aku berbicara. Sekarang, minat akan hal itu sudah menurun. Aku
yang sekarang lebih suka menyendiri dan menulis. Menikmati memori yang terekam dari
aktivitas harianku. Mengolah kembali hasil observasi dari pemikiran atau hal
baru. Aku lebih suka ketenangan dan sebisa mungkin menghindari masalah-masalah
yang bisa menimpaku.
Mungkin masih
ada bekas dari masa laluku yang tidak bisa hilang, yakni sifat ramai dalam
diriku. Sifat itu masih ada tapi hanya muncul sesekali di ruang lingkupku yang
sempit, yakni tempat kerja dan keluarga. Aku harus bersyukur kepada Allah Swt. karena
telah diberikan yang banyak. Aku memiliki istri, punya rumah meskipun masih
menumpang dengan orang tua, dan juga penghasilan yang cukup untuk membeli
kebutuhan dan keinginan.
Aku merasa sifat
kekanak-kanakanku masih dominan. Aku suka sekali membercandakan orang lain.
Bahkan terkadang aku harus mengendalikan diriku, karena tidak semua orang bisa
di ajak bercanda. Dan aku juga takut kalau nantinya jokes yang ku buat bisa
membuat orang lain marah. Satu lagi, aku masih suka dengan yang namanya mainan.
Setiap pergi ke pusat perbelanjaan pasti aku suka melihat-lihat mainan. Meskipun
aku merasa ini bukanlah eraku lagi untuk bermain mainan. Tetap saja aku masih
kagum dengan mainan. Tapi pikiran dewasaku mencegah untuk membelinya, karena untuk
apa di beli jika nantinya bingung mau bermain dengan siapa karena bukan eranya
lagi. Melihat-lihat saja sudah cukup bagiku. Itu seperti bernostalgia dengan
masa kecil.
Aku suka menulis,
tapi tulisanku hanya refleksi dari pemikiranku saja. Kebanyakan tentang pengalaman
dan sudut pandang mengenai suatu kejadian. Mungkin tulisan-tulisanku bisa di
bilang sebagai jurnal hidupku. Tidak seperti penulis lain yang niatnya memberi
manfaat pada orang lain, aku justru seperti menasihati diriku sendiri di setiap
tulisanku. Niatnya memang ingin menghasilkan dollar dari tulisan, tapi ternyata
belum mampu dan hanya menjadikan menulis sebagai kegiatan journaling.
Aku juga suka olahraga
terutama basket. Menurutku basket adalah olahraga yang keren seperti
mendefinisikan seni dalam gerakkan. Cara seseorang menghandle bola basket
sangat indah di pandang. Seluruh tubuh ikut bergerak tangan mengatur pantulan
bola dan kaki bekerja keras untuk menembus pertahanan lawan. Basket juga bisa
menjadi pelepas stress. Memantulkan bola basket dan menembak bola ke arah ring
seperti memiliki kepuasan tersendiri. Tapi sayangnya semenjak memasuki
rutinitias kerja. Rasanya sulit untuk bisa memiliki waktu luang untuk bermain
bola basket.
Dalam
berinteraksi aku selalu mencoba menghargai lawan bicara, tapi adakalanya aku
juga mudah kesal terhadap sesuatu dan menjadi acuh bahkan bersikap kurang ajar.
Untungnya itu jarang, kebanyakan aku bisa menghandle situasi meskipun kadang
terlihat memaksakan. Aku selalu menganggap aku mampu dalam mengerjakan berbagai
hal. Itu merupakan bentuk resiliensi yang aku tanam agar aku bisa tegas
menjalani kehidupan tanpa ketakutan mengahapi kenyataan. Aku ingin membuat
orang tuaku bangga, dan aku ingin pendidikan yang telah aku ampu selama ini
bisa membawa keberanian untuk melakukan berbagai hal.
Sungguh aku
tidak tahu bagaimana orang lain menilaku. Apakah aku ini seburuk yang aku pikirkan
atau justru orang lain banyak yang mengagumi diriku. Entahlah, aku tidak tahu.
Sampai saat ini aku masih terus belajar dan berusaha menjadi versi terbaik dari
diriku. Musuh terbesar yang sampai kini coba aku takhlukan adalah rasa malas.
Kemalasan adalah akar dari segala kekacauan yang terjadi dalam hidupku di masa
lalu. Semoga aku bisa menakhlukannya dan menjadi pribadi yang disiplin.
Cita-cita
terbesarku adalah bisa menikmati hidup sepenuhnya. Bisa menjadi manusia yang Merdeka
tanpa diperbudaki orang lain. Bisa belajar banyak dari kehidupan orang lain.
Menikmati masa tua dengan membaca dan menulis. Memiliki perpustakaan mini yang
bisa dinikmati semua orang. Menjadi bijaksana dan bermanfaat untuk orang banyak.
Jadi, itulah aku.
Setidaknya menurutku sendiri.
selamat menikmati ketenangan hidup :D
BalasHapusSaya udah sejak kecil menikmati hidup demikian, karenanya terbiasa sampai tuwah, hahaha.
Saya menikmati banget kesendirian, dan sejujurnya mager ke luar. Namun, sekali ketemu orang, ya masih rame juga. Cuman emang aslinya menikmati kesendirian, lebih asyik buat saya.
Btw, beli aja mainannya, kan bisa main sama istrinya :D
iya menjauhi orang2 bukan berarti kita anti sosial, tapi meminimalisir drama hehe. terimakasih sudah berkunjung
Hapus