Minggu, 26 Mei 2024

Mempertimbangkan rumah

Aku merasa rumah orang tuaku yang ada sekarang tidak bisa aku tinggali terus menerus. Meskipun Ayah dan Mamah membangun rumah ini pastinya untuk di nikmati aku dan kakak ku juga. Tapi aku merasa aku tidak bisa tinggal disini sepenuhnya. Aku paham karakter kakak ku yang egonya sangat tinggi. Meskipun dia baik, tapi lebih bijak jika aku mengalah saja. Karena kalau di paksakan untuk tinggal disini. Aku dan istriku nampaknya tidak akan leluasa. Ya sebaiknya aku mengalah saja dan membiarkan rumah ini di rawat olehnya dan suaminya nanti. Aku tidak mau gara-gara harta kita jadi ribut dan bermusuhan.



Sekarang istriku dan keluarganya ingin aku membangun rumah di tanah pemberian bapak. Jujur saja aku tidak mau. Kenapa? Karena gaya hidup disana sangat berbeda denganku. Disana tempatnya ramai dan saling berdampingan dengan tetangga dan saudara. Aku tidak bisa hidup seperti itu. Aku adalah orang yang penyendiri dan tidak suka tempat ramai. Apalagi itu bukan tanah milik sendiri melainkan pemberian. Aku pasti menjadi serba tidak enakan karena istilahnya menumpang bangunan disana. Istriku coba meyakinkan apa yang aku khawatirkan tidak akan terjadi. Tapi, aku menjadikan pengalamanku sebagai guru yang tidak akan salah. Semakin banyak interaksi dan juga berdampingan dengan orang lain resiko masalah akan semakin tinggi. Aku sangat menghindari hal itu. Sudah cukuplah hari-hari berat yang aku lalui karena masalah yang timbul akibat dunia sosial.

Belum lagi budaya disana yang menurutku tidak cocok denganku. Islam disana sangat kental dengan adat banyak acara-acara yang diadakan dan harus di hadiri. Padahal aku merasa itu bukanlah ajaran islam yang sesungguhnya, aku malas sekali jika harus berjibaku dengan hal seperti itu seumur hidupku. Mungkin aku egois, karena tidak mau membaur. Entahlah mau di kata apa, aku saja sudah lelah dengan mimpi-mimpiku sendiri. Jika harus dipaksa untuk tinggal dan merubah kebiasaanku rasanya berat sekali dan bukan tidak mungkin malah megacaukan semua yang telah aku bangun.

Bukan berprasangkan jelek, tapi jikalau aku dan istri membangun rumah disana pasti hidup kita serba di komentari dan di atur oleh orang-orang yang berada disana entah orang tua ataupun sauadar dan tetangga. Jika hal-hal itu bisa di antisipasi kenapa harus memilih tinggal disana. Tinggal berjauhan dengan keluarga akan lebih nyaman dan bebas.

Dalam situasi ini yang seharusnya di salahkan adalah aku sebagai suami, karena selama ini aku belum bisa memberikan tempat tinggal yang nyaman. Mungkin, dia tidak betah tinggal disini karena berdampingan dengan kakak ku yang sifatnya seperti itu. Jadi dia berpikiran untuk “ingin cepat-cepat punya rumah. Toh, ada tanah yang menganggur dan luas kenapa tidak bangun saja?”.



Tapi sekali lagi aku tekankan bahwa membangun rumah berdekatan dengan saudara dan orang tua bukanlah pilihan yang bijak menurutku. Jadi harus bagaimana? Jawabanku adalah dengan membeli rumah bekas yang lokasinya tidak jauh dari rumah orangtuaku dan orang tua istriku. Caranya dengan meminjam dana besar ke sekolahan kemudian mencicilnya. Kurang lebih seperti itu rencanaku saat ini. Semoga saja di lancarkan semuanya agar aku dan istriku tidak tinggal di rumah orang tua lagi dan istriku bisa lebih nyaman dan bahagia.

Share:

0 comments:

Posting Komentar