Tahun ini saya merayakan lebaran bersama keluarga Jagabita. Desa ini adalah kampung kelahiran istri saya, karena dia adalah pribumi jadi saudaranya banyak. Setiap hari raya besar pasti banyak saudara-saudara yang mampir bersilaturahmi. Selain itu di desa ini masih banyak tanaman bambu. Makanya saya sebut desa bambu. Suasana disini teduh dan menenangkan karena masih banyak pepohonan yang rimbun. Beda dengan suasana kota yang sudah padat dengan bangunan-bangunan.
Setelah siap untuk berangkat
solat ied saya dan istri menyempatkan untuk sungkem dulu sama Mamah karena
takutnya tidak sempat kalau menunggu solat ied selesai. Kebtulan Mamah ada
jadwal hemodialisa atau cuci darah. Memang cuci darah itu rutin dan harus
meskipun hari raya besar tetap harus di laksanakan, karena kalau tidak bisa
sangat berpengaruh untuk kesehatan pengidapnya.
Setelah ibadah ied selesai saya dan istri mengemas apa saja yang harus dibawa. Disitu saya membawa buku dan catur. Dalam hati saya mungkin ini akan berguna disana karena biasanya saya mati kutu karena komunikasinya canggung dengan saudara-saudara disana.
Setelah sampai kita di sambut
meriah oleh saudara-saudara. Sepertinya mereka sudah menunggu kehadiran kami.
Suasana disana ramai, suara obrolan dan bocah-bocah yang bermain saling
sahut-sahutan. Sayapun mengeluarkan catur untuk mengajak bermain. Awalnya semua
seperti malu-malu kucing tapi para bocil mulai mau di ajak main. Ternyata
mereka larut dalam permainan catur.
Di rumah jagabita saya merasa
sangat nyaman untuk membaca buku. Rasanya udara dan cahayanya pas sekali untuk
berlama-lama membaca. Bahkan disana saya pernah menghabiskan satu buku dalam
setengah hari.
Selama dua hari disana ternyata
catur yang saya bawa jadi sering di mainkan sama para bocah dan pemuda-pemuda.
Bahkan orang tua dan anak kecilpun saling tantang skill bermain catur. Haha
rasanya tidak sia-sia bawa catur kesini. Jadi makin asik ramai suasana lebaran.
Oh iya selama disana juga saya
tidak kekurangan makan. Setiap waktu makan bakso dan daging. Tapi meski begitu
saya rasa betah saya tetap tidak awet. Di hari kedua saya memutuskan untuk
pulang karena kangen ingin menulis. Sampai saya pamit pulang catur itu masih di
pakai bertanding oleh saudara disana. Catur seperti menjadi pelengkap lebaran
tahun ini.
0 comments:
Posting Komentar