Selasa, 27 November 2018

KETIKA KEPRIBADIAN SESEORANG BERUBAH, BERHATI-HATILAH

Cidera atau gangguan  otak dapat menghasilkan perilaku yang tidak biasa terjadi.

Gambar Ilustrasi
Satu hal yang membuatku sangat terguncang terjadi di antara singkatnya perubahanku terhadap penyakit kejiwaan yang telah merubah kepribadianku.

Perubahan-perubahannya tidaklah terlihat ekstrim. Itu tidak membuatku berubah secara total menjadi orang yang berbeda. Dan karena kebiasaanku bermetamorfosis setiap beberapa hari dan minggu, perubahannya, saat di awal, sangat sulit bagi keluargaku untuk menyadarinya.
Seorang Ibu normal yang penyayang, istri, sekaligus seorang nenek, berubah menjadi orang yang mudah tersinggung dan pemarah kepada suami, anak-anak, dan cucu. Aku membentak mereka mulai dari hal yang paling sepele dan mengkritik mereka tanpa henti. Selalu berkemauan keras, aku menjadi sulit untuk dihadapi dan tidak bisa merasa nyaman tentang sesuatu yang tidak ingin ku dengar. Biasanya aku adalah satu-satunya orang di keluarga yang sangat perhatian, tetapi sekarang aku mulai menyuruh-nyuruh orang yang ada di sekitarku. Aku juga menjadi sangat mudah terpancing  dengan hal-hal yang sepele-- kereta yang terlambat, apa yang telah aku makan ketika sarapan dan makan siang—tapi malah mengabaikan masalah-masalah besar yang menjulang di antara keluarga, termasuk masalahku tentang perubahan kepribadian.

Awalnya keluargaku berpikir bahwa aku bertingkah aneh karena kegelisahanku yang sedang menghadapi penyakit kanker. Tapi secara drastis aku berubah menjadi monster yang mereka tidak sadari. Aku menjadi terpisah secara emosional, tidak penyayang, dan terlalu kritis, yang membuat hati mereka sangat tersakiti. Tidak hanya membuat mereka merasa bahwa aku sedang sekarat, tetapi mereka pasti kecewa karena akan mengingatku sebagai seseorang yang berhati dingin di saat-saat terakhirku. Banyak keluarga di luar sana yang mengidap gangguan mental melalui pengalaman yang sama sepertiku. Mereka merasa seperti telah kehilangan sosok yang mereka cintai, meskipun orang itu masih hidup.

Hal itu menjadi tantangan bagi kerabat dan keluaraga untuk lebih peka terhadap kepribadian yang berubah karena gangguan kejiwaan, terutama ketika mereka melebih-lebihkan sifat kepribadian pada umumnya.  Jika seseorang selalu berkata jujur dan terang-terangan, kurang menghargai nilai-nilai sosial mungkin di artikan sebagai orang yang blak-blakan daripada tanda seseorang itu telah mengalami kerusakan atau gangguan otak. Ketika seorang introvert mejadi sangat pendiam dari biasanya, keluarga dan kerabat mungkin tidak menyadari bahwa dia menunjukan gejala penyakit Alzheimer.

Perubahan kepribadian sangatlah umum di dalam penyakit mental, terutama ketika lobus frontal terlibat. Orang dengan kerusakan lobus frontal—baik karena trauma kepala seperti kasus terkenal Phineas Gage; tumor otak; atau penyakit neurodegenerative seperti Alzheimer—sering melakukan perubahan kepribadian yang signifikan. Dalam beberapa kasus, perubahannya sangat terlihat aneh.
Seperti namanya, gangguan dari frontotemporal dementia (FTD) melibatkan lobus depan dan temporal. FTD sering menghasilkan perubahan kepribadian yang ekstrim dan kebiasaan yang menyimpang yang bisa menyakiti dan membuat malu keluarga penderitanya. Beberapa pasien menjadi menyimpang secara seksual, ada yang membuang-buang uang dengan jumlah besar tanpa terkendali, ada juga yang tidak bisa berhenti makan. Itu seperti jika ids (keinginan yang tidak bijak) mereka mendominasi tanpa adanya superego (keinginan yang bijak) yang mengendalikan dorongan hati dan keinginan. Gangguan progresif, FTD cenderung menyerang kalangan berumur lebih muda di bandingkan Alzheimer. 60% dari kasus yang terjadi di kalangan orang berumur 45 sampai 64 tahun, atau umur pertengahan, jadi saat awal gejalanya mungkin itu akan terlihat bahwa orang tersebut sedang melalui krisis-hidup-pertengahan—sampai perkembangan penyakitnya tidak dapat terhindarkan membuat jelas bahwa sesuatu hal yang serius sedang terjadi.

Aku dan mitra penulis, Elaine McArdle, berharap buku kami, The Neuroscientist Who Lost Her Mind: My Tale of Madness and Recovery,  akan menumpahkan lebih banyak pencerahan tentang penyakit mental, termasuk fakta bahwa kepribadian seseorang bisa menandakan penderitaannya dari gangguan atau kerusakan otak. Dengan pengetahuan tersebut di genggaman tangan, pasien dan keluarga serta kerabatnya bisa menemukan pembantuan medis professional yang akan menolong untuk meringankan penderitaan.

Sumber: www.pyschologytoday.com
Share:

0 comments:

Posting Komentar