Jumat, 06 Oktober 2023

penyesalan anak laki-laki ketika sosok "ayah" sudah tiada


Saya ingin bercerita mengenai hubungan anak dan ayah yang mungkin bisa memberi pandangan yang lebih luas terhadap anak-anak muda sekarang yang masih memiliki sosok ayah di keluarganya. Jangan sampai kalian menyesal di akhir.

Ketika saya dulu masih pelajar saya sangat menghormati dan mengahargai sosok ayah. Tetapi ketika mulai beranjak dewasa diri saya yang bodoh ini mulai merasa sok tahu tentang semua hal disitulah mulai ada rasa-rasa pemberontakan. Memang sejak kecil didikan ayah sangatlah keras. Mulai dari ikat pinggang, sapu ijuk, sapu lantai, sisir, dll. sudah pernah saya rasakan sakitnya ketika menghantam tubuh. Sentilan dan tamparan juga pernah saya rasakan. Tapi jujur hal-hal itu yang membuat saya rajin dan disiplin di masa kecil. 

Hal yang berbeda terjadi ketika saya sudah tumbuh besar dan semakin kuat sedangkan ayah saya tubuhnya semakin menua dan lemah. Beberapa kali saya sering susah di nasehati. Jadi ketika saya masuk sekolah SMK saya ingin menguasai bela diri. Awalnya saya mau tinju, tapi ternyata biaya latihannya mahal dan sasananya jauh. Di tengah kebimbangan saya, tiba-tiba ada teman yang mengajak untuk latihan silat di lapangan voli polsek. Singkat cerita latihan yang di terapkan bagi saya di luar nalar. Latihannya malam hari hingga jam 1 malam, bahkan ketika menginjak tingkat akhir latihannya bisa sampai jam 4 pagi. Padahal besoknya saya harus sekolah. Orang tua yang tahu dengan semua itu seringkali melarang saya untuk berangkat dan lebih baik keluar saja. Latihannya sangat keras bahkan perut sering di tendangi oleh pelatihnya. Bahkan ada titik saya berdebat dengan ayah saya karena saya ngeyel untuk tetap latihan. Sumpah demi Allah saya merasa sangat bodoh hingga sekarang, kenapa bisa saya tetap melakukan latihan itu bahkan hingga selesai. Padahal saya bisa melakukan hal lain yang lebih logis. Lebih menyesalnya lagi saya tidak mau mendengarkan nasihat ayah saya. Sungguh hanya penyesalan yang ada sekarang karena sosok beliau sudah tiada.

Ada lagi hal yang menjadi penyesalan hingga sekarang. Yakni saya selalu susah untuk di ajak mengerjakan pekerjaan rumah seperti membersihkan rumput atau membenahi sesuatu di rumah yang bermasalah. Memang saya seringkali merasa sangat kesal karena setiap kali saya membantu pasti ada saja hal untuk memarahi saya. Jadi saya sangat malas dan lebih baik kabur daripada harus membantu ayah. Bahkan saya pernah berpikir, kenapa ayah seperti ini, sedikit-sedikit marah. Andaikan saya sadar waktu itu bahwa perilakunya yang emosian bisa saja karena posisinya sebagai seorang ayah di rumah tangga yang tentunya sangat berat. Mengemban semua tanggung jawab di keluarga. Tapi bodohnya saya hanya bisa mengeluh dan tidak berpikir apa yang di derita ayah saya. Padahal di satu momen dia pernah bilang "cukup temani ayah saja ketika kerja, jadi tidak sepi". Mengingat hal itu sekarang menjadi penyesalan saya seumur hidup kenapa saya tidak mau membuat hati ayah saya senang.

Ketika memasuki dunia kuliah juga saya merasa sangat bodoh dan tidak maksimal dalam memanfaatkan apa yang telah orang tua saya capai. Saya terlalu bermalas-malasan dan lalai dengan tanggung jawab saya sebagai mahasiswa. Hingga akhirnya di semester akhir ayah saya menghembuskan napas terakhirnya, di hari ke 2 idul fitri. Innalillahi wa inna ilaihi raajiuun.

Bagi kalian para anak muda yang masih memiliki ayah tolong jadilah anak yang penurut dan berjuang untuk kebanggaan mereka. Dia mencari uang hingga menua dan melemah demi apa? Demi anak-anaknya saja. Maka jadilah anak yang berbakti, jangan egois dan sok tahu. Setiap tindakan mereka pastilah karena rasa sayangnya kepada dirimu. Jangan sampai kalian menyesal pada akhirnya. Ketika sosok ayah sudah tiada untuk selama-lamanya.

Share:

0 comments:

Posting Komentar