Malam hari tanggal 28 september tiba-tiba ada chat yang masuk di wa group sekolah. Isi pesannnya menyuruh guru-guru untuk input nama-nama siswa yang akademisnya bagus untuk diikutsertakan menghadiri acara book fair sekaligus game cerdas cermat di ICE BSD pada besok siangnya. Slotnya tersedia 60 dan harus terisi semua oleh siswa dari kelas 4, 5, dan 6.
Group wa pun ramai padahal sudah malam. Agak terganggu memang, tapi ya kalau atasan sudah memberi perintah pasti bawahan grasak-grusuk terutama para ibu-ibu yang tidak bisa di push sedikit. Setelah saya tahu lokasinya berada di ICE BSD seketika saya teringat dengan rasa penasaran saya dulu. Sayapun kepo dan iseng bertanya pada bagian kepegawaian siapa saja guru yang ikut, ya pastinya dengan niat saya ingin mengajukan diri juga.
Jadi, ICE BSD adalah tempat yang seharusnya dulu saya singgahi untuk melaksanakan wisuda bersama teman-teman angkatan saya prodi English 2015. Tapi sayang, saya tidak sanggup untuk menyelesaikan skripsi saya tepat waktu. Alhasil di 2019 yang seharusnya saya bergembira di tempat itu. Malah saya harus tetap berjuang untuk menyelesaikan skripsi dan baru melaksanakan wisuda di 2020 ketika covid 19 sedang gencar-gencarnya.
Sebenarnya saya dan guru-guru lain di tugaskan untuk menjaga anak-anak di acara book fair. Tapi jujur saja saya justru lebih menikmati batin saya sendiri disana. Mengenang-ngenang kegagalan yang dulu saya buat. Hal yang seharusnya saya nikmati bersama teman-teman disini, nyatanya dulu saya tidak bisa. Sembari melihat sudut langit-langit saya menyelam bersama diri saya di masa lalu. Terbesit di hati "Oh jadi ini ICE, tempat teman-teman di wisuda dulu.".
Memang tempatnya tidak sehebat yang saya pikirkan. Yah, ICE tidak begitu gimana-gimana menurut saya pribadi hanya seperti gedung penyewaan pada umumnya yang saya pernah kunjungi. Tapi tentunya hal ini bukanlah tentang tempat, melainkan momen kebersamaannya yang terasa spesial. Setelah 4 tahun akhirnya rasa penasaran saya hilang. Saya tidak lagi bertanya-tanya mengenai gedung ICE seperti apa. Meskipun tidak saya susuri semua bagiannya. Tapi saya merasa cukup ketika sudah menyempatkan untuk solat di mushallanya yang bagus.
Setelah teman-teman saya wisuda pada 2019. Barulah di 2020 saya menyusul wisuda juga. Tempatnya bukan di ICE, tapi di gedung kampus UMT. Semua kesedihan dan kegagalan di masa lalu saya anggap sebagai pelajaran untuk menjadi lebih dewasa kedepannya. Saya paham, di kehidupan ini tidak melulu sukses. Tapi jangan pernah menyerah dengan mimpi yang kita punya. Rasa sakit membuat kita menjadi lebih kuat dan tangguh. Begitu saja cerita saya, hanya menengan masa lalu. Bahkan di event IBF pun saya tidak berselera, meskipun saya suka baca buku tapi pada saat itu tujuan saya bukanlah mencari buku melainkan bernostalgia dengan memori saya.
0 comments:
Posting Komentar