Kamis, 16 Mei 2024

Penatnya jadi ketua acara pensi c-award!


Ini adalah tahun ke lima aku mengabdi di sekolah ini. Aku telah mengalami banyak kejadian disini. Beberapa ada yang mendewasakan, beberapa ada yang membuat kesal, dan beberapa ada yang membahagiakan.

Di 2024 ini, aku di tunjuk untuk menjadi ketua acara C-Award. Informasi ini sudah di sampaikan dari jauh hari, dari saat rapat kerja awal tahun. Dan akhirnya di pertengahan semester genap menjadi waktu eksekusi acara. Bagi kalian yang belum tahu. C-Award itu mirip seperti pensi yang diadakan setahun sekali. Pesertanya berasal dari kelas 1 sampai 5 SD. Penampilan terbaik akan mendapatkan piala dan hadiah, para wali kelas dan guru bidang studi juga di libatkan untuk melatih.

Selama proses persiapan. Aku sadar sekali, bahwa status “ketua” tidak bisa aku artikan secara harfiah. Mereka, guru-guru lain aku rasa tidak terlalu menghiraukan kata itu. Semua disini sama, sama-sama bekerja dan harus sama-sama lelah. Berkaca dari event sebelumnya yakni acara perpisahan atau Haflatul Wa’da status ketua itu hanya semacam hiasan, tidak ada yang spesial. Jadi, aku bisa menyimpulkan bahwa ketua disini adalah “Tukang Kompor”. Dia yang menginisiasi dan juga memfollow up segala persiapan yang dilakukan oleh PJ (Penanggung Jawab).

Padahal idealnya ketua itu hanya main tunjuk saja, tapi fakta di lapangan berbeda. Aku lebih berperan sebagai “helper” yang menambal kekurangan disana-sini. Dari mulai planning sampai pengondisian lapangan aku turut andil disana. Tak heran, paska acara badanku rasanya remuk! Seperti dijadikan samsak latihannya Mike Tyson. Aku mengeluh lelah dalam hati. Untungnya dengan istirahat yang cukup, kondisi tubuhku membaik.

Yah, mungkin ini harga yang harus ku bayar atas kesalahan yang ku buat dulu. Mungkin juga untuk merubah nasib yang lebih baik kedepannya. Seminggu full aku pulang sore, untungnya masih di beri kesehatan. Setelah event itu selesai, di hajar lagi ujian praktik seminggu dengan jam full. Alhamdulillah kondisi fisik masih tetap aman hingga tulisan ini ku buat hehe.

Banyak yang ingin ku ceritakan disini, terutama pendapatku tentang acara C-Award ataupun acara serupa lainnya yang tidak akan pernah matang jika pola lama tak di ubah. Berikut poin-poin yang ingin aku kritisi:

Sistem pergantian ketua event setiap tahun

Posisi ketua harusnya tidak di ganti-ganti karena pengalaman ketua sangat di butuhkan. Jika ada ketua yang tetap maka event demi event akan berprogress kearah yang lebih baik karena pengalamannya akan mampu menambal kesalah-kesalahan di event sebelumnya. Tapi di lapangan ketua selalu di ganti-ganti dengan orang yang belum berpengalaman dengan alasan supaya ada regenerasi. Alhasil, event-event seperti tidak punya perkembangan dan selalu di mulai dari 0 lagi. Sangat memakan waktu dan tidak efisien.

Konsep yang selalu mentah dan banyak intervensi dari pihak yang sudah senior

Ini adalah hal yang paling menyebalkan. Ketika sudah rapat dan kordinasi segala macam tiba-tiba bisa berubah begitu saja karena ada senior yang mengintervensi. Memang, kita membutuhkan pengalaman mereka. Tapi, bukan berarti seenaknya merubah hal yang sudah di konsep dan di rapatkan sebelumnya. Percuma saja meluangkan waktu tapi ketika gladi bahkan ketika acara di hari H mendadak di rubah-rubah lagi. Sungguh membuang-buang waktu dan terkesan plin-plan. Hal ini bisa di rubah jika kepala sekolah bisa membuat blue print yang matang dan juga menyerahkan kondisi lapangan kepada ketua dan pj. Tapi rasanya berat sekali untuk menjalankan hal demikian, karena pekerjaan bukan hanya di event CA. Kalau benar-benar mau matang, memang harus menyediakan waktu khusus untuk membedah event dari A-Z. Kalau di atasnya sudah kuat, pastilah di bawahnya tidak akan goyah lagi. Sayangnya hal itu terlihat sulit untuk di wujudkan.

Waktu latihan dan persiapan yang sempit

Guru-guru bukanlah orang E.O atau event organizer. Jika ingin mengadakan acara yang baik dan matang maka berilah ruang dan waktu untuk berlatih dan mempersiapkan. Mengosongkan jam pelajaran aku rasa fair untuk event pensi semacam ini. Lagipula ini juga bagian dari pendidikan. Tapi faktanya jam belajar tetap di normalkan, guru-guru terpaksa pulang lebih sore tanpa adanya uang lembur. Persiapan acarapun demikian, tidak diberikan waktu yang lengang. Semua siswa masuk dan belajar seperti biasa. Coba bayangkan, dengan waktu yang sangat sempit guru di bebani tanggung jawab latihan, persiapan, dan segala macam yang belum tersebutkan dalam event ini. Aku bilang ini adalah konsep yang serba setengah-setengah.

Transparansi fee

Tidak ada tranparansi dalam penggajian padahal kita masuk di hari libur. Yah, beginilah jika menggunakan konsep “loyalitas”. Hal yang terkait pembayaran terlihat samar. Jadi jangan salahkan jika ada guru yang kurang antusias dan sering hilang ketika event berlangsung, karena mungkin mereka takut kerja keras mereka tidak sepadan.

Ada lagi,

Hari minggu adalah giliran penampilan kelas 1,2, dan 3. Di hari itu aku adalah ketuanya sedangakan Ira dan Eva adalah penanggung jawab acara. Ketika di tengah acara aku dan Boim sempat di marahi oleh wali murid (bapak-bapak berbadan besar, berbaju gamis, dan berkacamata). Dia komplain karena dia tidak bisa melihat panggung karena banyak sekali wali murid yang maju kedepan untuk berfoto. Dia bilang juga, kalau para panitia tidak bisa mengatur maka dia akan maju kedepan (mungkin mau marah-marah hehe).

Jujur saja, aku tidak akan membela diri karena aku tidak berdiri untuk siapa-siapa disini meskipun statusku adalah ketua acara. Dalam hatiku “I have nothing to lose”. Selama omongannya masih bisa di terima dan tidak merendahkan, ya aku cukup diam dan mendengarkan saja. Buat apa ribut-ribut.

Memang hari itu crowded sekali, bahkan wali murid banyak yang tidak dapat duduk jadi wajar acara menjadi tidak terkendali. Untungnya ada Boim yang gigih mengatur anak-anak dan orang tua agar tidak menghalangi pandangan audiens di belakang. Bahkan, Yuni, Eva, dan Aku mengingatkan berulang kali pada penonton agar bisa kondusif saat acara berlangsung.

Ballroom tidak cukup besar dan nyaman untuk menampung banyaknya orang tua. Untungnya hari itu bisa di lalui dengan baik. Kursi-kursi di tambah meskipun spacenya sudah tinggal sedikit. Dan wali murid juga tidak seramai saat pagi hari ketika acara pembukaan. Jadi semuanya bisa kembali kondusif seperti biasa.

Yayasan harus beterimakasih banyak dan mengapresiasi kinerja beberapa guru. Entahlah, jika semua guru acuh tidak akan acara berjalan dengan lancar. Ada beberapa guru yang bekerja keras contohnya team dekor. Di hari liburpun mereka masuk. Mereka yang bertanggung jawab agar kondisi event bisa meriah karena properti yang di tampilkan. Hasilnyapun luar biasa bagus, berbeda jauh dari dekorasi-dekorasi di tahun-tahun sebelumnya. Aku rasa guru-guru disini sebenarnya bekerja dengan passion mereka bukan karena target fee. Memang ironi, tapi momen itu bisa menjadi momen kebersamaan yang tidak terlupakan. Menilai hubungan antara manusia, bukan dari segi materialistis yang seharusnya lebih di perhatikan mereka yang berada di posisi atas. Pada dasarnya semua juga lelah ketika acara sudah di mulai. Tetapi untuk melihat loyalitas, team dekor tidak di ragukan lagi.

Baik, demikianlah kepenatanku ketika menjadi ketua C-Award 2024. Terimakasih sudah membacanya semoga kedepannya bisa lebih baik lagi!














Share:

0 comments:

Posting Komentar