Sebuah pengalaman berharga selama ber-KKN di Purbalingga saya tuangkan dalam tulisan essay. Selamat membaca! :)
Foto bersama guru, murid, dan peserta KKNMU Purbalingga di Taman Pendidikan Al-Qur'an Masjid Al-Ikhlas, Desa Karangklesem |
Purbalingga, 24 Agustus 2018
Oleh Romadoni
Ditengah kemajuan tekhnologi yang
cenderung menurunkan intensitas komunikasi verbal di lingkungan sosial
pengalaman berbeda justru penulis alami di Kabupaten Purbalingga tepatnya di
Desa Karangklesem, Kecamatan Kutasari, Provinsi Jawa Tengah dimana lokasi
tersebut menjadi lokasi pelaksanaan program kerja kelompok 4 dalam pelaksanaan
"Kknmu V Purbalingga".
Kesan pertama yang melekat adalah
ketika merasakan langsung kultur dan kebiasaan masyarakat Desa Karangklesem
yang sangat ramah, terbuka, dan sukarela dalam menyambut penulis serta
rekan-rekan. Nampaknya kedatangan kami seperti sudah di tunggu-tunggu oleh
berbagai lapisan masyarakat di Desa Karangklesem untuk segera memberikan
gagasan-gagasan dan praktik-praktik yang bermanfaat kepada warga setempat. Hal
ini di buktikan dengan adanya berbagai acara penyambutan saya dan rekan-rekan
oleh warga desa semenjak ketibaan kami pada Jumat, 3 Agustus 2018.
Keseharian warga desa
karangklesem yang rukun tercermin dengan dasar agama yang kuat tertanam dari
mulai anak-anak hingga para dewasa. Setiap waktu shalat tiba tempat-tempat
ibadah tak pernah sepi dengan jama’ah. Ketika sore tiba Taman bacaan
Al-Qur’an-pun ramai di penuhi anak-anak untuk belajar ilmu ke-Islaman. Dasar
agama yang tertanam dengan kuat membuat kehidupan sosial menjadi hidup dengan
adanya komunikasi yang erat antara warga. Setiap acara kumpul-kumpul warga yang
di adakanpun selalu penuh dengan antusiasme warga yang hadir dan kekompakkan
para warga desa dalam mencapai suatu tujuan bersama membuat atmosfir gotong
royong warga desa Karangklesem terasa sangat kokoh.
Ada hal yang unik di desa ini
tentang adanya dua organisasi Islam yang berdampingan yaitu Nahdlatul Ulama dan
Muhammadiyah. Desa Karangklesem terdiri dari 15 RT; 11 RT adalah pengikut NU
dan 4 RT lagi adalah pengikut Muhammadiyah. Tak bersitegang justru dua
organisasi tersebut hidup berdampingan dengan rukun dan saling mengedapankan
asas toleransi. Keseharian di desa Karangklesem selalu di iringi dengan
kekompakan para warganya dalam beraktivitas. Sehingga kehidupan disini terasa
aman dan nyaman dengan kearifan-kearifan lokal warga desanya termasuk dari segi
keagamaan.
Begitulah keadaan desa Karangklesem
yang masih mempertahankan dengan baik nilai-nilai sosial dan agama yang
tentunya membawa kesan yang membekas di hati penulis karena berbeda dengan
pengalaman penulis sebelumnya. Akhir kata semoga warga desa Karangklesem bisa
terus memupuk ketertiban dan keasrian agar manfaatnya bisa terasa bukan
hanya pada masyarakatnya sendiri, namun juga orang lain yang berkunjung ke desa
Karangklesem.
0 comments:
Posting Komentar