Rabu, 06 Maret 2019

Kultur Sosial Erat nan Agamis di Desa Karangklesem, Kecamatan Kutasari, Purbalingga.

Sebuah pengalaman berharga selama ber-KKN di Purbalingga saya tuangkan dalam tulisan essay. Selamat membaca! :)
Foto bersama guru, murid, dan peserta KKNMU Purbalingga di Taman Pendidikan Al-Qur'an Masjid Al-Ikhlas, Desa Karangklesem


Purbalingga, 24 Agustus 2018
Oleh Romadoni

Ditengah kemajuan tekhnologi yang cenderung menurunkan intensitas komunikasi verbal di lingkungan sosial pengalaman berbeda justru penulis alami di Kabupaten Purbalingga tepatnya di Desa Karangklesem, Kecamatan Kutasari, Provinsi Jawa Tengah dimana lokasi tersebut menjadi lokasi pelaksanaan program kerja kelompok 4 dalam pelaksanaan "Kknmu V Purbalingga".

Kesan pertama yang melekat adalah ketika merasakan langsung kultur dan kebiasaan masyarakat Desa Karangklesem yang sangat ramah, terbuka, dan sukarela dalam menyambut penulis serta rekan-rekan. Nampaknya kedatangan kami seperti sudah di tunggu-tunggu oleh berbagai lapisan masyarakat di Desa Karangklesem untuk segera memberikan gagasan-gagasan dan praktik-praktik yang bermanfaat kepada warga setempat. Hal ini di buktikan dengan adanya berbagai acara penyambutan saya dan rekan-rekan oleh warga desa semenjak ketibaan kami pada Jumat, 3 Agustus 2018.

Keseharian warga desa karangklesem yang rukun tercermin dengan dasar agama yang kuat tertanam dari mulai anak-anak hingga para dewasa. Setiap waktu shalat tiba tempat-tempat ibadah tak pernah sepi dengan jama’ah. Ketika sore tiba Taman bacaan Al-Qur’an-pun ramai di penuhi anak-anak untuk belajar ilmu ke-Islaman. Dasar agama yang tertanam dengan kuat membuat kehidupan sosial menjadi hidup dengan adanya komunikasi yang erat antara warga. Setiap acara kumpul-kumpul warga yang di adakanpun selalu penuh dengan antusiasme warga yang hadir dan kekompakkan para warga desa dalam mencapai suatu tujuan bersama membuat atmosfir gotong royong warga desa Karangklesem terasa sangat kokoh.

Ada hal yang unik di desa ini tentang adanya dua organisasi Islam yang berdampingan yaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Desa Karangklesem terdiri dari 15 RT; 11 RT adalah pengikut NU dan 4 RT lagi adalah pengikut Muhammadiyah. Tak bersitegang justru dua organisasi tersebut hidup berdampingan dengan rukun dan saling mengedapankan asas toleransi. Keseharian di desa Karangklesem selalu di iringi dengan kekompakan para warganya dalam beraktivitas. Sehingga kehidupan disini terasa aman dan nyaman dengan kearifan-kearifan lokal warga desanya termasuk dari segi keagamaan.


Begitulah keadaan desa Karangklesem yang masih mempertahankan dengan baik nilai-nilai sosial dan agama yang tentunya membawa kesan yang membekas di hati penulis karena berbeda dengan pengalaman penulis sebelumnya. Akhir kata semoga warga desa Karangklesem bisa terus memupuk ketertiban dan keasrian agar manfaatnya bisa terasa bukan hanya pada masyarakatnya sendiri, namun juga orang lain yang berkunjung ke desa Karangklesem.
Share:

0 comments:

Posting Komentar