Semua berawal seperti biasanya sebelum pendakian kami melakukan registrasi di basecamp pendakian. Karena kami berencana hanya melakukan pendakian selama 1 hari dengan rencana berangkat pagi dan turun dari puncak sebelum matahari terbenam, jam 8 pagi dengan di awali dengan berdo’a kami berdua memulai perjalanan. Kami bercanda dan tertawa di sepanjang perjalanan tapi semua berubah waktu kami sampai di pos terakhir sebelum ke puncak, karena saat itu pemandangan di sekitar sangat indah saya meminta ijin untuk tinggal sebentar untuk mengabadikan momen indah tersebut, pemandangan yang tadinya sangat indah dan hijau tiba-tiba di selimuti kabut yang sangat tebal dan jarak pandangpun berkurang. dengan tergesa-gesa saya memasukan kamera ke dalam tas dan berusaha menyusul teman saya yang naik duluan tapi di tengah perjalanan saya mendapati jalur yang bercabang, karena jalur ke kanan lebih landai saya memutuskan untuk melaluinya, tapi ternyata jalur itu lebih jauh dan kagetnya lagi ketika sampai di puncak tidak ada seorangpun yang ada disana, saat itu saya berfikir teman saya belum sampai puncak atau malah sudah turun dan saya putuskan menunggunya selama 30 menit, sambil menunggu saya membuka bekal makanan dan minuman yang saya persiapkan dari rumah. Setelah makan saya berkali-kali berteriak memanggil teman saya tapi sama sekali tidak jawaban. Akhirnya 30 menit berlalu saat itu sudah jam 15:00 karena cuaca saat itu kurang bersahabat saya putuskan untuk turun.
Setelah 1 jam perjalanan saya baru sadar kalau saya tersesat,
jalur yang tadinya terbuka malah semakin menyempit dan untuk menemukan jalur
yang benar saya kembali naik ke puncak tapi ada hal yang tidak wajar setiap
turun saya selalu sampai di tempat yang sama bahkan saya sampai mengulanya 3
kali. Kebetulan saat itu hari keempat survivor hilang yang di gunung sindoro,
teringat hal itu saya bersujud memohon kepada sang pencipta agar diberi
petunjuk dan secepatnya sampai di basecamp dalam keadaan sehat, tidak lama
kemudian hari mulai gelap tapi kabut juga mulai menghilang dan di kejauhan saya
melihat sebuah punggungan, saya mengeluarkan kamera berharap bisa melihat objek
yang jauh menggunakan lensa zoom. Ada sebuah objek yang saya yakini adalah
jalur pendakian yang sebenarnya dan letaknya masih sangat jauh dari tempat saya
berdiri, setelah mempersiapkan alat penerangan saya melanjutkan perjalanan ke
tempat tersebut. Terkena pohon berduri, terjatuh sampai terkilir itu yang saya
rasakan saat melewati vegetasi yang sangat lebat. Jam 20:00 akhirnya saya
sampai di punggungan yang saya tuju tapi ternyata itu bukan punggungan jalur
pendakian, kebetulan di tempat itu sudah ada sinyal jadi sambil istirahat saya
mencoba mencari tahu lokasi saya menggunakan GPS handphone ternyata saya
tersesat cukup jauh dari jalur pendakian, untungnya tidak jauh dari tempat saya
beristirahat ada bekas warga mencari rumput untuk ternak, jadi saya yakin kalau
sudah berada tidak jauh dari pemukiman penduduk. Di sisi lain saya sangat
mengkhawatirkan keadaan teman saya, dia turun melewati jalur pendakian yang
benar atau tersesat seperti saya dan karena hp teman saya belum bisa di
hubungi, saya mengirim sms kalau saya tersesat tapi sekarang hampir sampai
pemukiman warga. sambil menahan rasa sakit yang ada di kaki saya akibat
terkilir di perjalan tadi saya melanjutkan perjalanan dengan tertatih-tatih.
Jam 22:00 saya merasa ada sesuatu yang tidak wajar, saya
merasa hanya berputar-putar ketika saya seharusnya sampai di ladang penduduk,
saat melihat lokasi saya lewat GPS ternyata posisi saya belum jauh dari tempat
istirahat yang tadi. Kemudian saya kembali bersujud sambil memohon perlindungan
dari hal-hal buruk yang akan mencelakakan saya.
kemudian saya melanjutkan perjalanan, saat itu persediaan
air sudah habis dan saya benar-benar kehausan. Dalam hati saya berkata ‘’semoga
secepatnya mendapatkan sumber air’’, entah secara kebetulan atau apa baru
beberapa langkah kedepan saya mendengar gemercik air di bawah sekumpulan pohon
bambu yang lumayan lebat. Ternyata suara itu dari pipa untuk keperluan penduduk
yang bocor, seketika saya langsung meminum tumpahan air tersebut, setelah puas
meminum air segar dari pipa saya mengeluarkan botol kosong yang ada di dalam
tas, tapi baru terisi setengah saya mendengar tawa cekikikan yang cukup jelas
tepat di atas saya, dengan masih terus mengisi botol dengan air tumpahan dari
pipa saya berkata “ permisi mbah, saya cuma minta airnya sedikit dan saya tidak
berniat jahat jadi tolong jangan jahati saya, saya hanyalah pria lugu yang
sedang tersesat gak lebih. Itupun bukan kemauan saya.” Tapi bukan berhenti
tertawa yang bersangkutan tertawanya malah semakin bersemangat. Bukanya saya
tidak perhatian dengan "kau tahu itu apa" tapi saya tetap menunduk
sambil mengisi botol air minum yang sudah hampir penuh.
Setelah botol air penuh saya melanjutkan kembali melanjutkan
perjalanan, tak lama kemudian sampai di perkebunan warga. Saya semakin
bersemangat ketika melihat cahaya lampu salah satu rumah penduduk, baru
beberapa kali melangkahkan kaki saya dapat telepon dari teman saya kalau dia
sudah sampai basecamp dan dia sangat mengkhawatirkan keadaan saya. Ternyata
teman saya pas naik lewat jalur kiri yang terjal tapi dengan waktu tempuh yang
lebih cepat, dia di puncak menunggu saya lumayan lama tapi karena khawatir
dengan keadaan saya dia kembali turun untuk mencari saya, di tengah perjalanan
dia bertemu pendaki lain dan turun bersama. Saya lega setidaknya tidak
mengalami hal seperti yang menimpa saya dan saya tinggal mengkhawatirkan diri
sendiri yang saat itu sudah kehabisan tenaga, tinggal semangat yang masih terus
berkobar.
jam 23:00 akhirnya saya sampai di pemukiman penduduk, saya
bertanya kepada bapak-bapak yang kebetulan baru pulang dari pengajian, saya
bertanya kepada beliau nama desa tersebut dan saya sangat terkejut ternyata
saya berjarak kurang lebih 40 KM dari basecamp pendakian. Kemudian saya memberi
tahu lokasi saya kepada teman saya sudah sampai basecamp. Sambil menunggu teman
saya menjemput, karena saat itu keadaan sudah sangat sepi saya di ajak ke rumah
bapak-bapak yang tadi. Sambil menceritakan kejadian yang menimpa saya, saya di
ajak makan dan di beri minuman hangat.
Setelah menunggu lumayan lama akhirnya teman saya datang
bersama 2 orang pengelola basecamp pendakian, dan setelah berpamitan saya
kembali menuju basecamp. Setelah meminta maaf karena sudah merepotkan pengelola
basecamp saya berpamitan pulang ke rumah. Jam 02:00 akhirnya saya sampai rumah
dengan selamat dan hujan turun sangat lebat di sertai angin yang kencang. Saya
sangat bersyukur karena bisa pulang
kerumah dengan selamat dan masih di beri kesempatan untuk memperbaiki
hidup saya. Saya tidak bisa membayangkan apa selanjutnya yang terjadi pada diri
saya kalau saat itu saya masih tersesat di gunung kedinginan atau bertemu
binatang buas dalam kondisi cuaca yang sangat buruk.
Yang membuat saya menangis adalah ketika beberapa hari
kemudian saya mendapat kabar dari teman saya yang kebetulan menjadi relawan
kalau survivor yang hilang di gunung sindoro telah di temukan tapi sudah dalam
keadaan meninggal. Tak lupa saya memberikan do’a kepada almarhum agar di ampuni
dosa-dosanya dan di terima semua amal ibadahnya Sejak kejadian itu saya merasa
seperti dilahirkan kembali, saya menjadi orang yang sangat berbeda. Saya selalu
berusaha menjadi manusia yang lebih baik tentunya ...
Cerita ini di tulis berdasarkan pengalaman sahabat saya yang
tidak mau di sebutkan identitasnya saat melakukan pendakian di salah satu
gunung di indonesia yang memiliki ketinggian lebih dari 3000 MDPL. Dan untuk
menjaga identitas sahabat saya, saya mohon maaf kalau tidak mencantumkan nama
gunung dan nama jalur pendakian yang di gunakan. Saya tidak ada maksud apapun,
saya hanya menulis yang diminta oleh sahabat saya. Sahabat saya hanya ingin
menjaga perasaan keluarganya karena apabila keluarganya tahu kejadian tersebut
akan sangat bersedih dan sahabat saya tidak akan di izinkan untuk melakukan
pendakian lagi, dia berharap dengan menceritakan pengalamanya kepada saya dan
di tulis di blog akan menjadi peringatan betapa pentingnya kekompakan tim dalam
sebuah pendakian, jangan pernah memisahkan diri dari kelompok atau berpisah
dari teman pendakian walaupun hanya sebentar karena walaupun hanya berjarak 10
meter saja bisa berubah menjadi bencana, dalam keadaan cuaca buruk,hujan badai
berpetir atau kabut tebal bisa membuat teman atau rombongan tiba-tiba
menghilang dari pandangan, dan jangan pernah meremehkan apapun dalam sebuah
pendakian, selalu fokus dan jangan lupa selalu
meminta perlindungan kepada sang pencipta agar di beri kemudahan dan kelancaran
dari awal sampai pulang kerumah.
Terima kasih, semoga bermanfaat.
Salam lestari ...
sumber:
http://duapagiwae.blogspot.com/2015/12/kisah-nyata-sendirian-tersesat-di-gunung.html
0 comments:
Posting Komentar