Sore hari di hari raya idul fitri, terjebak hujan ketika pulang dari parungpanjang menuju curug |
Alhamdulillahirabbil alaamiin, ramadhan 2024 telah berakhir dan bisa dijalani dengan lancar. Berakhirnya ramadhan di tandai dengan adanya perayaan idul fitri dan shalat ied. Biasanya di kampungku yakni desa serdang wetan, kabupaten tangerang. Sehabis shalat akan ada khutbah singkat yang dibawakan oleh ustadz atau kiyai ternama di desa. Momen setahun sekali itu bagiku terasa sangat spesial karena berkumpulnya jamaah sebanyak itu sangatlah sulit kecuali pada hari raya seperti idul fitri.
Khutbah ba’da
shalat ied tahun ini dibawakan oleh ustadz elul yang menjadi penerus
ayahandanya yang seorang kyai terkemuka juga di desaku yakni haji maman.
Beberapa tahun terakhir khutbah idul fitri selalu dibawakan oleh ustadz elul,
dan aku menemukan perbedaan gaya khutbah di antara ayah dan anak ini. Keduanya
memang penkhutbah yang baik dan selalu bisa membuat jamaah nyaman untuk
mendengarkannya. Jika haji maman, lebih akrab dengan jamaah dengan menggunakan
logat sundanya. Ustadz elul terasa jauh lebih modern dengan tutur bahasa
indonesia yang baik menggunakan tekhnik analogi, retorika, serta referensi
sumber yang membuat kita terasa seperti sedang berada di lingkungan akademik.
Sebagai seorang penerus, aku bisa menilai bahwa ustadz elul sangat mumpuni di
bidangnya.
Aku sangat kaget
dengan tingkat kedalaman pembahasan yang dibahas di khutbah idul fitri tahun
ini. Sebuah hal dasar yang ternyata jika dikupas sangat-sangat luas dan berat
untuk dijalani. Dia mengawali khutbah dengan pertanyaan yang sangat sederhana
“Sudahkah kita mengenali siapa yang kita sembah?” karena sejatinya ibadah yang
kita lakukan selama ini akan percuma jika kita saja tidak mengetahui siapa yang
sebenarnya kita sembah. Beliau menyebutkan sebuah kitab sebagai referensi
kemudian memaparkan ada 4 tingkatan dalam kita mengenal Allah sebagai tuhan
yang kita sembah, antar lain adalah:
1. Mengenal nama
2. Mengenal sifat
3. Mengenal
perbuatan
4. Mengenal dzat
Jika dibahas secara
lurus bahasan ini sangatlah berat, tetapi ustadz elul dengan cerdas
menganalogikannya melalui anekdot agar semua kalangan masyarakat bisa memahami
materi yang di maksudkan.
Ustadz elul
mengibaratkan bahwa Allah adalah seorang janda kembang beranak satu di sebuah
desa yang bernama neneng. Pekerjaan neneng sehari-hari adalah jualan gado-gado
yang rasanya sangat enak. Kecantikan dan pesona neneng telah tersebar sepenjuru
desa sehingga menjadi bahan obrolan para lelaki disana.
Di sudut desa ada
kumpulan lelaki yang sedang menjaga pos kamling. Mereka adalah udin, ujang,
asep, dan dadang sedang asik mengobrol. Singkatnya aku jelaskan secara
karakter:
Udin: Hanya
mengetahui bahwa ada janda kembang yang jualan gado-gado bernama neneng tapi
belum tahu rupanya seperti apa dan rasa gado-gadonya seenak apa. Intinya hanya
tahu nama saja.
Ujang: Sudah
melihat langsung rupa neneng serta gado-gadonya, tapi tidak pernah mengobrol
ataupun memakan gado-gado buatannya.
Asep: Sudah pernah
berinteraksi dengan neneng serta merasakan nikmatnya gado-gado buatan neneng.
Tapi belum bisa mendapatkan hatinya.
Dadang: Dadang
adalah mantan suami neneng, jadi sudah tahu semua hal tentang mantan istrinya
itu.
Mendengar fakta
yang di katakan dadang di akhir obrolan udin, ujang, dan asep pun terkaget
ternyata sedari tadi mereka membicarakan mantan istri dadang hehehe.
Anekdot tersebut
membuat jamaah santai mendengarkan dan tidak terlalu tegang. Tapi menurutku
makna dan pesan yang tesirat dibalik khutbah ini sangatlah kuat. Bahkan tidak
habis dipakai merenung sampai bertemu ramadhan berikutnya. Karena yang aku
tangkap adalah ustadz elul ini mengajak kita untuk benar-benar mengenal siapa
yang kita sembah. Artinya, bukan hal yang mudah dan singkat untuk memaknai
keberadaan dzat yang maha kuasa. Serta khutbah ini seperti mengajak kita untuk
memperbaiki diri kita yang sering lalai akan ibadah. Sering meremehkan ibadah,
apakah ibadahmu itu di hitung dan di terima?
Bukan untuk
menakuti, tetapi lebih seperti mengajak agar kita bisa memperbaiki hidup kita
selama di dunia dengan cara mengenal tuhan kita sendiri dengan baik yakni Allah
SWT. Demikianlah tulisanku mengenai khutbah idul fitri tahun ini. Semoga bisa
di ambil pelajarannya, semoga bermanfaat!
0 comments:
Posting Komentar