Minggu, 14 April 2024

Khutbah idul fitri 2024 oleh ustadz elul: Apakah kita mengenali siapa yang kita sembah selama ini

Sore hari di hari raya idul fitri, terjebak hujan ketika pulang dari parungpanjang menuju curug


 Alhamdulillahirabbil alaamiin, ramadhan 2024 telah berakhir dan bisa dijalani dengan lancar. Berakhirnya ramadhan di tandai dengan adanya perayaan idul fitri dan shalat ied. Biasanya di kampungku yakni desa serdang wetan, kabupaten tangerang. Sehabis shalat akan ada khutbah singkat yang dibawakan oleh ustadz atau kiyai ternama di desa. Momen setahun sekali itu bagiku terasa sangat spesial karena berkumpulnya jamaah sebanyak itu sangatlah sulit kecuali pada hari raya seperti idul fitri.

Khutbah ba’da shalat ied tahun ini dibawakan oleh ustadz elul yang menjadi penerus ayahandanya yang seorang kyai terkemuka juga di desaku yakni haji maman. Beberapa tahun terakhir khutbah idul fitri selalu dibawakan oleh ustadz elul, dan aku menemukan perbedaan gaya khutbah di antara ayah dan anak ini. Keduanya memang penkhutbah yang baik dan selalu bisa membuat jamaah nyaman untuk mendengarkannya. Jika haji maman, lebih akrab dengan jamaah dengan menggunakan logat sundanya. Ustadz elul terasa jauh lebih modern dengan tutur bahasa indonesia yang baik menggunakan tekhnik analogi, retorika, serta referensi sumber yang membuat kita terasa seperti sedang berada di lingkungan akademik. Sebagai seorang penerus, aku bisa menilai bahwa ustadz elul sangat mumpuni di bidangnya.

Aku sangat kaget dengan tingkat kedalaman pembahasan yang dibahas di khutbah idul fitri tahun ini. Sebuah hal dasar yang ternyata jika dikupas sangat-sangat luas dan berat untuk dijalani. Dia mengawali khutbah dengan pertanyaan yang sangat sederhana “Sudahkah kita mengenali siapa yang kita sembah?” karena sejatinya ibadah yang kita lakukan selama ini akan percuma jika kita saja tidak mengetahui siapa yang sebenarnya kita sembah. Beliau menyebutkan sebuah kitab sebagai referensi kemudian memaparkan ada 4 tingkatan dalam kita mengenal Allah sebagai tuhan yang kita sembah, antar lain adalah:

1. Mengenal nama

2. Mengenal sifat

3. Mengenal perbuatan

4. Mengenal dzat

Jika dibahas secara lurus bahasan ini sangatlah berat, tetapi ustadz elul dengan cerdas menganalogikannya melalui anekdot agar semua kalangan masyarakat bisa memahami materi yang di maksudkan.

Ustadz elul mengibaratkan bahwa Allah adalah seorang janda kembang beranak satu di sebuah desa yang bernama neneng. Pekerjaan neneng sehari-hari adalah jualan gado-gado yang rasanya sangat enak. Kecantikan dan pesona neneng telah tersebar sepenjuru desa sehingga menjadi bahan obrolan para lelaki disana.

Di sudut desa ada kumpulan lelaki yang sedang menjaga pos kamling. Mereka adalah udin, ujang, asep, dan dadang sedang asik mengobrol. Singkatnya aku jelaskan secara karakter:

Udin: Hanya mengetahui bahwa ada janda kembang yang jualan gado-gado bernama neneng tapi belum tahu rupanya seperti apa dan rasa gado-gadonya seenak apa. Intinya hanya tahu nama saja.

Ujang: Sudah melihat langsung rupa neneng serta gado-gadonya, tapi tidak pernah mengobrol ataupun memakan gado-gado buatannya.

Asep: Sudah pernah berinteraksi dengan neneng serta merasakan nikmatnya gado-gado buatan neneng. Tapi belum bisa mendapatkan hatinya.

Dadang: Dadang adalah mantan suami neneng, jadi sudah tahu semua hal tentang mantan istrinya itu.

Mendengar fakta yang di katakan dadang di akhir obrolan udin, ujang, dan asep pun terkaget ternyata sedari tadi mereka membicarakan mantan istri dadang hehehe.

Anekdot tersebut membuat jamaah santai mendengarkan dan tidak terlalu tegang. Tapi menurutku makna dan pesan yang tesirat dibalik khutbah ini sangatlah kuat. Bahkan tidak habis dipakai merenung sampai bertemu ramadhan berikutnya. Karena yang aku tangkap adalah ustadz elul ini mengajak kita untuk benar-benar mengenal siapa yang kita sembah. Artinya, bukan hal yang mudah dan singkat untuk memaknai keberadaan dzat yang maha kuasa. Serta khutbah ini seperti mengajak kita untuk memperbaiki diri kita yang sering lalai akan ibadah. Sering meremehkan ibadah, apakah ibadahmu itu di hitung dan di terima?

Bukan untuk menakuti, tetapi lebih seperti mengajak agar kita bisa memperbaiki hidup kita selama di dunia dengan cara mengenal tuhan kita sendiri dengan baik yakni Allah SWT. Demikianlah tulisanku mengenai khutbah idul fitri tahun ini. Semoga bisa di ambil pelajarannya, semoga bermanfaat!

 

Share:

0 comments:

Posting Komentar