Minggu, 15 Desember 2019

,

ATHEIS TIDAK PERCAYA DENGAN ADANYA KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN. SAYA PUNYA ARGUMEN!




Seringkali ada keraguan di pemikiran seseorang tentang kehidupan setelah kematian. Apakah manusia akan menghilang begitu saja setelah mati atau kembali hidup di dunia yang baru? Sebagai seorang Muslim saya di ajarkan tentang adanya alam akhirat dimana semua umat manusia setelah mati akan berada disana. Sebagai seorang yang beragama tentu kita harus percaya pada kitab Al-Qur’am meskipun hal tersebut tidak terjangkau oleh kita dan kita belum melihatnya sendiri. Kepercayaan terhadap Allah dan Al-Qur’an bukanlah hal yang main-main sehingga tidak etis jika ada orang yang masih menjadikan agama sebagai materi jokes atau bahan candaan.

Keraguan dengan adanya kehidupan setelah kematian sering di temukan pada kaum atheis. Katanya, mereka lebih mengedapankan logika. Mereka tidak akan percaya dengan hal yang tidak bisa di buktikan. Bahkan mereka tidak percaya adanya Tuhan. Pedoman hidup mereka adalah hidup dengan baik dan tidak mengganggu orang lain. Namun, kata “baik” bearati relativ dan berbeda-beda di pikiran mereka. Mereka melakukan sex bebas, ya asalkan sama-sama mau ya tidak masalah. Toh, mereka merasa tidak ada orang yang di rugikan. Bahkan, jika pelakunya adalah LGBT menurut mereka itu baik-baik saja karena cinta itu tak terbatas dan boleh dengan siapa saja.

Sekarang bagaimana bisa Stephen Hawking seorang ilmuan terkenal berkata bahwa manusia yang mati bagaikan sebuah komputer yang rusak. Ya sudah, mati ya mati tidak akan ada cerita lagi setelah itu. Mereka lebih menyetujui jawaban yang bisa di ukur dengan logika. Maka dari itu saya akan mengejawantahkan argumen saya mengenai kehidupan setelah kematian.

Pertama lihatlah diri kalian sendiri. Tubuh dan bagian-bagiannya bisa bergerak sesuai kemauan. Kita dapat tumbuh dari kecil hingga menua. Bagaimana organ-organ tubuh bisa bekerja secanggih itu? Jantung, sebuah organ tanpa mesin bisa memompa darah keseluruh tubuh. Bagaimana makanan yang kita makan bisa menjadi energi. Kenapa pembakaran energi dalam tubuh tidak sekasar mesin. Tubuh manusia adalah sebuah tekhnologi yang sangat canggih. Manusia tidak akan bisa menciptakan hal yang sama.


Kemudian, lihat alam semesta ini. Seluruh sistem yang ada bekerja dengan harmoni. Seperti para hewan dan tumbuhan. Bahkan, planet-planet di luar angkasa. Stephen Hawking percaya bahwa alam semesta ini tercipta dengan adanya ledakan besar atau Big Bang. Tapi ia memungkiri bahwa itu adalah hal yang tiba-tiba terjadi. Bukan kehendak dari siapapun. Bagaimana bisa? Teori keilmuan menyatakan suatu akibat pasti memiliki sebab. Tidak ada hal yang kebetulan. Jika kita menyadarinya tiap hal di sekeliling kita adalah hal yang menakjubkan. Bagaimana itu bisa terjadi tanpa kesengajaan, dan tanpa perbuatan siapapaun? Boom, meledak dan jadilah alam semesta yang kata-katapun tidak bisa menggambarkannya.

Jadi, untuk mereka yang tidak percaya adanya Tuhan atau kehidupan setelah kematian. Pikirkanlah tekhnologi yang ada di dirimu kemudian pada tumbuhan, lautan, langit, tata surya bahkan beberapa alam semesta lain yang baru di temukan para ilmuwan dan segala yang kamu ketahui di dunia ini. Bukankah nihil rasanya jika ketika mati, kita akan menghilang begitu saja. Dari berbagai macam kemungkinan yang ada di dunia ini. Apakah kita akan lenyap tanpa ada kelanjutan cerita lagi. Saya rasa tidak. Akan ada hal yang lebih besar, jika kita ingin membandingkannya dengan sesisi alam semesta ini. Intinya adalah segala hal menakjubkan yang bisa kita lihat sekarang tidak akan mungkin berhenti kita saksikan ketika kita sudah mati. Segala kecanggihan dari manusia, hewan, tumbuhan, binatang, alam semesta dll. tidak mungkin hanya itu saja pasti ada kecanggihan lainnya tanpa kita tahu. Kematian mungkin adalah sebuah batas untuk kita bisa merasakan keajaiban lainnya. Hal yang pasti di luar nalar kita sendiri ketika masih di dunia. Maka coba ukur kekuatan penciptaan berdasarkan ciptaan yang ada. Mungkin itu yang bisa saya sampaikan pada kaum atheis.


Tambahan, mengenai manusia yang mati bagaikan komputer yang rusak. Saya analogikan manusia sebagai Tuhan, dan komputer sebagai manusia. Komputer di set processornya oleh manusia untuk mengerjakan tugas-tugas pokok, kemudian komputer mulai menjalankan program sendiri. Disini peran manusia hanya duduk melihat layar komputer dan bisa mengaturnya sewaktu-waktu dengan keyboard dan mouse.

Terlihat perbedaan jauh antara manusia dan komputer. Komputer hanya di berikan sedikit kemampuan yang bisa di lakukan manusia di dalam processornya, sedangkan processor tidak bisa melakukan hal yang tidak di set oleh manusia. Processor tidak akan menjadi otak manusia yang sesungguhnya. Komputer sangat terbatas dari kemampuannya. Seberapa keraspun processor mengakses databasenya dia tidak akan menemukan hal yang tidak di set oleh manusia, terbayang sedikitpun tidak. Manusia dapat berjalan-jalan di ruangan, baca buku, makan dan minum. Sedangkan komputer hanya bisa menjalankan programnya tanpa tahu dia sedang di awasi. Karena dia tidak mempunyai mata untuk melihat manusia di hadapannya.

Ya, mungkin begitu analoginya. Tekhnologi manusia dan Tuhan pastilah sangat berbeda jauh. Kita hanya di set dengan hal yang bisa kita pikirkan sekarang. Tidak akan bisa lebih karena kita tidak memiliki fitur untuk itu. Bagi yang Muslim tetap jaga ibadah pada Allah Swt. karena kita meyakininya sebagai sang maha pencipta. Allah Swt. tidak di ciptakan, jawaban pertanyaan bagaimana dia ada dan menciptakan segalanya tidak di set dalam jangkauan pemikiran kita. Manusia sangat terbatas dan hal itu tidak tersentuh oleh kita. Jadi sekian penjelasan tentang kehidupan setelah kematian menurut logika saya pribadi. Saya ingin tahu tanggapan dari kaum atheis seperti apa. Apabila ada sanggahan dari artikel saya harap di sampaikan dengan kepala dingin di kolom komentar. Terimakasih.

Share:

0 comments:

Posting Komentar