Seringkali ada keraguan di
pemikiran seseorang tentang kehidupan setelah kematian. Apakah manusia akan
menghilang begitu saja setelah mati atau kembali hidup di dunia yang baru?
Sebagai seorang Muslim saya di ajarkan tentang adanya alam akhirat dimana semua
umat manusia setelah mati akan berada disana. Sebagai seorang yang beragama
tentu kita harus percaya pada kitab Al-Qur’am meskipun hal tersebut tidak
terjangkau oleh kita dan kita belum melihatnya sendiri. Kepercayaan terhadap
Allah dan Al-Qur’an bukanlah hal yang main-main sehingga tidak etis jika ada
orang yang masih menjadikan agama sebagai materi jokes atau bahan candaan.
Keraguan dengan adanya kehidupan
setelah kematian sering di temukan pada kaum atheis. Katanya, mereka lebih
mengedapankan logika. Mereka tidak akan percaya dengan hal yang tidak bisa di
buktikan. Bahkan mereka tidak percaya adanya Tuhan. Pedoman hidup mereka adalah
hidup dengan baik dan tidak mengganggu orang lain. Namun, kata “baik” bearati relativ
dan berbeda-beda di pikiran mereka. Mereka melakukan sex bebas, ya asalkan
sama-sama mau ya tidak masalah. Toh, mereka merasa tidak ada orang yang di
rugikan. Bahkan, jika pelakunya adalah LGBT menurut mereka itu baik-baik saja
karena cinta itu tak terbatas dan boleh dengan siapa saja.
Sekarang bagaimana bisa Stephen
Hawking seorang ilmuan terkenal berkata bahwa manusia yang mati bagaikan sebuah komputer
yang rusak. Ya sudah, mati ya mati tidak akan ada cerita lagi setelah itu. Mereka
lebih menyetujui jawaban yang bisa di ukur dengan logika. Maka dari itu saya
akan mengejawantahkan argumen saya mengenai kehidupan setelah kematian.
Pertama lihatlah diri kalian
sendiri. Tubuh dan bagian-bagiannya bisa bergerak sesuai kemauan. Kita dapat
tumbuh dari kecil hingga menua. Bagaimana organ-organ tubuh bisa bekerja
secanggih itu? Jantung, sebuah organ tanpa mesin bisa memompa darah keseluruh
tubuh. Bagaimana makanan yang kita makan bisa menjadi energi. Kenapa pembakaran energi dalam tubuh tidak sekasar mesin. Tubuh
manusia adalah sebuah tekhnologi yang sangat canggih. Manusia tidak akan bisa menciptakan
hal yang sama.
Kemudian, lihat alam semesta ini.
Seluruh sistem yang ada bekerja dengan harmoni. Seperti para hewan dan tumbuhan.
Bahkan, planet-planet di luar angkasa. Stephen Hawking percaya bahwa alam
semesta ini tercipta dengan adanya ledakan besar atau Big Bang. Tapi ia
memungkiri bahwa itu adalah hal yang tiba-tiba terjadi. Bukan kehendak dari siapapun.
Bagaimana bisa? Teori keilmuan menyatakan suatu akibat pasti memiliki
sebab. Tidak ada hal yang kebetulan. Jika kita menyadarinya tiap hal di sekeliling kita adalah hal yang
menakjubkan. Bagaimana itu bisa terjadi tanpa kesengajaan, dan tanpa perbuatan
siapapaun? Boom, meledak dan jadilah alam semesta yang kata-katapun tidak bisa
menggambarkannya.
Jadi, untuk mereka yang tidak
percaya adanya Tuhan atau kehidupan setelah kematian. Pikirkanlah tekhnologi yang
ada di dirimu kemudian pada tumbuhan, lautan, langit, tata surya bahkan
beberapa alam semesta lain yang baru di temukan para ilmuwan dan segala yang
kamu ketahui di dunia ini. Bukankah nihil rasanya jika ketika mati, kita akan
menghilang begitu saja. Dari berbagai macam kemungkinan yang ada di dunia ini.
Apakah kita akan lenyap tanpa ada kelanjutan cerita lagi. Saya rasa tidak. Akan
ada hal yang lebih besar, jika kita ingin membandingkannya dengan sesisi alam
semesta ini. Intinya adalah segala hal menakjubkan yang bisa kita lihat
sekarang tidak akan mungkin berhenti kita saksikan ketika kita sudah mati. Segala kecanggihan
dari manusia, hewan, tumbuhan, binatang, alam semesta dll. tidak mungkin hanya itu
saja pasti ada kecanggihan lainnya tanpa kita tahu. Kematian mungkin adalah sebuah
batas untuk kita bisa merasakan keajaiban lainnya. Hal yang pasti di luar nalar
kita sendiri ketika masih di dunia. Maka coba ukur kekuatan penciptaan berdasarkan
ciptaan yang ada. Mungkin itu yang bisa saya sampaikan pada kaum atheis.
Tambahan, mengenai manusia yang
mati bagaikan komputer yang rusak. Saya analogikan manusia sebagai Tuhan, dan komputer
sebagai manusia. Komputer di set processornya oleh manusia untuk mengerjakan
tugas-tugas pokok, kemudian komputer mulai menjalankan program sendiri. Disini
peran manusia hanya duduk melihat layar komputer dan bisa mengaturnya
sewaktu-waktu dengan keyboard dan mouse.
Terlihat perbedaan jauh antara
manusia dan komputer. Komputer hanya di berikan sedikit kemampuan yang bisa di
lakukan manusia di dalam processornya, sedangkan processor tidak bisa melakukan
hal yang tidak di set oleh manusia. Processor tidak akan menjadi otak manusia
yang sesungguhnya. Komputer sangat terbatas dari kemampuannya. Seberapa
keraspun processor mengakses databasenya dia tidak akan menemukan hal yang
tidak di set oleh manusia, terbayang sedikitpun tidak. Manusia dapat
berjalan-jalan di ruangan, baca buku, makan dan minum. Sedangkan komputer hanya
bisa menjalankan programnya tanpa tahu dia sedang di awasi. Karena dia tidak
mempunyai mata untuk melihat manusia di hadapannya.
Ya, mungkin begitu analoginya.
Tekhnologi manusia dan Tuhan pastilah sangat berbeda jauh. Kita hanya di set
dengan hal yang bisa kita pikirkan sekarang. Tidak akan bisa lebih karena kita
tidak memiliki fitur untuk itu. Bagi yang Muslim tetap jaga ibadah pada Allah Swt. karena kita meyakininya sebagai sang maha pencipta. Allah Swt. tidak di ciptakan, jawaban pertanyaan bagaimana dia ada dan menciptakan segalanya tidak di set dalam jangkauan pemikiran kita. Manusia sangat terbatas dan hal itu tidak tersentuh oleh kita. Jadi sekian penjelasan tentang kehidupan
setelah kematian menurut logika saya pribadi. Saya ingin tahu tanggapan dari
kaum atheis seperti apa. Apabila ada sanggahan dari artikel saya harap di
sampaikan dengan kepala dingin di kolom komentar. Terimakasih.
0 comments:
Posting Komentar