Turut berduka cita
untuk teman kerjaku, Japal. Tulisan ini adalah pengalamanku kemarin ketika mengunjungi
rumah duka.
Membaca kabar duka di
whatsapp ketika jam sahur. Di awal pagi semua rekan berkumpul di bunderan 3
citra raya. Tidak biasanya kita berkumpul sepagi ini diluar jam kerja. Kita
sudah berada di titik kumpul jam 6 pagi aku berboncengan dengan Agung, Uais,
Nuril, Bayu, dan Boim kita berjalan beriringan ke rumah duka.
Sempat melihat
jenazah di mandikan dan tangis anak-anaknya pecah. Pagi yang haru di tanggal
merah kala itu. Japal, dia sangat terpukul dengan kepergian Ayahnya. Beberapa
kali dia menangis ketika melihat teman-temannya hadir. Pilu sekali melihatnya. Aku
pernah merasakan ini dulu. Tangisan terjujur adalah tangisan ketika melihat
orang tua kita pergi untuk selamanya.
Ditinggalkan oleh orang
tua kita apalagi di momen kebersamaan bulan ramadhan adalah hal yang lebih
berat. Kita sama pal, aku juga dulu ditinggalkan ketika h-2 lebaran oleh Ayahandaku.
Penyesalannya terasa sampai sekarang, belum bisa memberikan apa-apa untuknya.
Tapi mau di sesali bagaimanapun semua sudah terlambat. Sekarang hal yang paling
benar yang bisa dilakukan adalah mendoakannya di setiap waktu agar dia tenang
disana.
Pesanku untukmu
teman, tetaplah terarah ketika yang mengarahkanmu sudah tiada lagi. Jadilah pemimpin
seutuhnya yang menjadi naungan semua anggota keluarga. Akupun belum bisa
seperti itu, tapi mari kita belajar.
Semoga Allah memberikan kedamaian untuk Ayahanda kita. Dan untukmu serta keluarga, semoga bisa menerima ini semua dengan lapang dada dan memaknainya secara baik.
Bapak saya juga meninggal di bulan ramadan, 5 hari sebelum lebaran :(
BalasHapus