Jumat, 28 Januari 2022

Toxic productivity


"Pandemi membuat kita mengerjakan banyak hal dari rumah secara online. Seharusnya dengan kemudahan itu, kita dapat lebih produktif."

Saat ini sebagian besar dari kita kesulitan untuk memisahkan "work" dan "non-work" dalam kehidupan sehari-hari selama pandemi karena kita terbiasa melakukan seluruh aktivitas di satu temapat [rumah] dalam satu waktu.

Teknologi dan internet saat ini membuat kita dapat terhubung dengan siapapun, dimanapun dan kapanpun bahkan ketika kita tidak dapat bertatap muka di masa pandemi saat ini.

Productivity

Gabungan dari 2 kata, yaitu: "Product" dan "Activity".
Kemampuan individu/ sistem/ perusahaan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien.

Toxic productivity

Obsesi yang dimiliki seseorang untuk terus menerus menjadi produktif dan tidak ingin berhenti (bahkan ketika pekerjaan/tugas/kegiatan telah selesai) karena akan mendatangkan rasa bersalah.

Apa yang membuat kita mengalami toxic productivity?

Hustle culture, budaya kerja berlebihan dan dibanggakan oleh orang yang melakukan. "hidup untuk bekerja" ngga sibuk, ngga produktif.

Semua orang membutuhkan kita setiap waktu, kita percaya bahwa semua orang membutuhkan kita, mencari kita setiap saat sehingga kita harus selalu dapat dihubungi oleh orang lain untuk menyelesaikan masalah mereka.

Tekhnologi membuat kita dapat melakukan semua hal, tekhnologi memudahkan seluruh hal yang kita lakukan sehingga kita percata bahwa kita tidak boleh menyia-nhyiakan kesempatan dan peluang yang ada sehingga kita selalu fokus untuk melakukan sesuatu lebih banyak dan lebih berat lagi tanpa mempertimbangkan diri kita sendiri.

Apa ciri-ciri toxic productivity?

*Terobsesi untuk produktif.
*Memprioritaskan pekerjaan/ tugas dibandingkan dengan kebutuhan dasar seperti makan, minum, mandi.
*Merasa bersalah jika berdiam diri, bahkan ketika sedang istirahat/ akan tidur.
*Mengaitkan harga diri dengan jumlah jam kerja, jumlah pekerjaan yang ditangani.
*Tidak pernah puas.
*Ekspektasi yang tidak realistis.

Apa dampak dari toxic productivity?

*Kelelahan fisik yang berkepanjangan.
*Tidak menghargai atas pencapaian yang telah berhasil diraih oleh diri sendiri.
*Kecemasan berlebihan ketika tidak melakukan sesuatu yang akan menimbulkan stres.
*Mengganggu hubungan sosial dengan orang lain.
*Burnout

Bagaimana cara menghadapi toxic productivity?

Menyadari sedang memiliki masalah
Semua berawal dari kesadaran diri sendiri. Kenali ciri-cirinya, pahami diri sendiri sehingga kita bisa melakukan upaya-upaya untuk mengantisipasi.

Menentukan prioritas dan membuat perencanaan
Tentukan tujuan yang ingin dicapai dan aktivitas yang dilakukan setiap harinya. Jika ada aktivitas mendadak yang harus segera dilakukan, tentukan prioritas.

Lakukan sesuatu dengan efektif dan efisien, bukan berat dan banyak
Work Smart bukan Work Hard. Bekerja dengan cerdas (efektif dan efisien) akan memudahkan kita dalam menyelesaikan pekerjaan dengan optimal sebelum beralih ke pekerjaan lainnya.

Self-care
Merawat diri merupakan salah satu upaya untuk mengapresiasi diri sendiri, meningkatkan mood, dan menambah energi agar dapat lebih optimal dalam bekerja.

Istirahat
Setiap bekerja/ melakukan tugas selalu luangkan waktu untuk istirahat sejenak. Istirahat dapat membuat kita lebih produktif.

Mindfulness
Meningkatkan ketenangan serta fokus diri sendiri terhadap suatu hal.
Membuat diri kita menerima apa yang terjadi pada diri kita dan sekelilingnya termasuk kebutuhan untuk makan, minum, dan tidur.









Share:

0 comments:

Posting Komentar