Jumat, 16 Agustus 2019

Eksplorasi Setting

Setting atau latar cerita adalah elemen penting dalam menulis fiksi. Setting dapat membawa pembaca masuk atau bahkan terhanyut oleh cerita, dan sebagai penulis, sudah merupakan tugas kita untuk menghidupkan cerita dalam pikiran pembaca, yang salah satunya dapat dilakukan dengan eksplorasi setting.


Fiksi memiliki tiga unsur utama : plot, karakter, dan setting atau latar. Banyak penulis menghabiskan banyak waktu untuk merencanakan plot, menciptakan karakter dan memberi konflik atau dilema terhadap tokoh ceritanya, tetapi hanya memberi sedikit perhatian terhadap latar. Ini adalah kesalahan yang cukup fatal, mengingat latar adalah tempat atau “panggung” dimana cerita kita digelar atau dimainkan.



Untuk membangun setting, ada beberapa elemen dasar yang perlu kita ketahui. Latar atau setting tidak sekadar relevan dengan tempat atau waktu dalam cerita, tetapi juga memiliki interaksi dengan elemen cerita yang lain, seperti karakter, tema, pesan moral, dan sebagainya.

Berikut adalah daftar elemen yang tercakup di dalam latar atau setting :

💠 Tempat. Hal ini mencakup ruang lingkup yang luas seperti negara, negara bagian, wilayah, kota, juga tempat yang lebih spesifik, seperti lingkungan, jalan, rumah atau sekolah. Bahkan juga termasuk yang lebih khusus lagi seperti garis pantai, pulau-pulau, peternakan, daerah pedesaan, dll.

Contoh deskripsi tempat ditunjukkan oleh cuplikan ini :

“Aku berjalan-jalan tanpa tujuan di kota, hanya untuk menjauh dari rumah sakit, kumpulan napas orang-orang sakit dan sekarat. Aku berjalan menerobos debu senja, menyusuri jalan yang diapit tembok penuh grafiti, melewati kios-kios berdinding timah yang berjejalan, menyeberangi jalan sempit bersama gadis-gadis yang membawa pupuk kandang di kepala. (And the Mountain Echo, Khaled Hoseini)

💠 Waktu dalam tahun. Termasuk di sini adalah musim, libur besar, hari besar atau hari terjadinya momen penting tertentu seperti tragedi Hiroshima Nagasaki.

Berikut contoh deskripsi untuk penggunaan latar musim :

“Ia menyukai kota kecil itu sejalan dengan pergantian musim : bertunasnya tanaman pada musim semi, merebaknya kehijauan di musim panas, memudarnya warna-warna di musim gugur ketika menara kembar gereja yang putih bersih menembus langit biru. (Novel Ice – Linda Howard)

💠 Waktu dalam hari. Contohnya disini adalah waktu fajar, siang hari atau senja. Adanya latar waktu dalam hari akan memudahkan pembaca melakukan orientasi visual terhadap sebuah adegan dalam cerita.

Contoh deskripsi senja bisa dilihat pada paragraph berikut :

Senja memang barang langka di kota Blackburn. Gedung-gedung bertingkat dengan lampu merkuri telah mengalahkan sisa cahaya setelah tenggelam matahari. Dan tibalah saatnya, matahari perlahan membenamkan tubuhnya di pelukan cakrawala. Cahaya senja itu muncul, membentang merah lebih pekat, tidak bercampur warna kuning keemasan. Memenuhi garis langit (cerpen Senja di Taman Ewood, Sungging Raga)

💠 Waktu yang telah berlalu. Menit, jam, hari, minggu, dan bulan yang terdapat dalam cerita juga harus diperhitungkan. Karena ini bisa menjelaskan pergantian adegan, peristiwa kilas balik ataupun saat cerita bergerak dalam rentang waktu yang cukup jauh.

💠 Suasana. Ini terkait dengan pengaruh cuaca, suhu, pencahayaan, dan kondisi alam lainnya yang dapat mempengaruhi emosi, mood dan suasana yang dibangun.

Contoh :

“Aroma hujan masih menggantung di udara. Sepi. Cuaca makin muram. Dua pohon besar di teras de Burcht berayun pelan. Seolah bersiap menyambut angin yang membawa hujan. Mendung makin menggantung di langit Leiden. Kara memejamkan mata, menghirup udara lembap....” (Novel Holland, Feba Sukmana)

💠 Iklim. Iklim terkait dengan geografi dan topografi di tempat tertentu, seperti perbedaan arus laut, angin, massa udara, lintang, ketinggian, pegunungan, daratan, dan sebagainya. Ini penting saat anda menulis cerita yang dipengaruhi oleh perbedaan iklim. Misalnya saja cerita yang bersetting di negara empat musim dan dua musim.

💠 Geografi. Hal ini mengacu pada unsur-unsur seperti air, bentang alam, ekosistem, tanah, tanaman, pohon, batu dan mineral, dan lain-lain. Dalam sebuah cerita, penggunaan elemen geografi dapat memberi gambaran yang jelas, misalnya saat menggambarkan kondisi gunung dimana sang tokoh harus melakukan pendakian, situasi arus sungai yang harus diseberangi sang tokoh, atau hutan rimba yang harus dilewati tokoh sebelum ia menemukan jalan keluar.

Berikut cuplikan latar Gunung Anak Krakatau yang saya gunakan dalam novel Perjalanan Hati :

“Beberapa anggota rombongan tampak sangat antusias saat kaki-kaki mereka menjejak di atas pasir yang warnanya hitam legam. Seperti warna batu, juga sebagian pasir yang warnanya abu-abu tua seperti lumpur. Dua orang ranger, atau polisi hutan dari Lampung Selatan turut menemani rombongan berjalan-jalan di atas hamparan pasir itu sampai menyisir semak-semak yang sebagian dedaunannya pun tak lagi berwarna hijau, melainkan telah berselimut debu yang berasal dari muntahan Anak Krakatau. Tak sedikit pula mereka jumpai dahan pohon dengan ranting dan daun yang telah hangus terbakar.”

💠 Geografis buatan. Termasuk di sini adalah bendungan, jembatan, pelabuhan, monumen, kuburan, dan bangunan terkenal. Juga penambangan, penebangan hutan, pertanian, irigasi, perkebunan, penggembalaan ternak, dan lain-lain.
💠 Era penting sejarah. Ini meliputi Peristiwa penting, perang, atau periode sejarah terkait dengan plot dan tema seperti perang sipil, Perang Dunia II, abad pertengahan, Bubonic Plague, demam emas tahun 1800-an, atau era perbudakan di Selatan, dan sebagainya.

💠 Sosial / politik / lingkungan budaya. Unsur budaya, politik, dan sosial dapat kita gunakan untuk mempengaruhi karakter cerita dalam banyak cara. Diantaranya mempengaruhi nilai, peran sosial, keluarga, dll.Penduduk. Terdapat beberapa wilayah dunia yang padat penduduknya, seperti China dan India, sementara di wilayah lain, kepadatan penduduk tergolong renggang. Ada kalanya cerita Anda memerlukan keterangan akan populasi yang dapat memperkuat latar tempat.

💠 Pengaruh budaya masa lalu. Banyak daerah di Amerika Serikat dipengaruhi oleh kultur yang dibawa nenek moyang dari negara-negara Eropa seperti Jerman, Irlandia, Italia, dan Polandia. Sementara kota-kota dari Louisiana banyak dipengaruhi kultur yang dibawa oleh penduduk asli Amerika, dan Afrika. Pengaruh kultur masa lalu dan nenek moyang ini dapat digambarkan dalam jenis masakan, nilai-nilai, sikap, dan pandangan umum.

Bagaimana tips memperkenalkan latar kepada pembaca?

Gunakan semua “alat” yang tersedia untuk memperkenalkan latar cerita anda. Gunakan dialog, narasi, deskripsi, tindakan dari karakter, cara berbicara dan sebagainya. Berhati-hatilah dengan pilihan narasi yang panjang, karena latar cerita anda bisa saja terkesan seperti sebuah travel guide.


Apa saja fungsi latar atau setting?

- Untuk memajukan plot atau meningkatkan konflik.


Pikirkan bagaimana latar dapat mempengaruhi rencana sang tokoh antagonis atau protagonis. Katakanlah karakter utama Anda sedang diburu oleh seorang pembunuh. Dapatkah peristiwa gerhana total membantu tokoh utama melarikan diri dari pembunuh dimaksud? Jika novel berlatar pertempuran historis, bagaimana kondisi alam seperti perbukitan ketika itu dapat menjadi benteng bagi mereka yang sedang berperang?


- Menciptakan Konsistensi dalam Plot dan subplot.

Novel Anda memiliki alur, plot poin dan subplot. Latar yang konsisten dapat menjaga unsur ini terjalin dengan rapi sehingga memberi rasa nyaman pada pembaca untuk menikmati cerita.


- untuk menggambarkan Karakter dari tokoh

cara karakter Anda berbicara, berpakaian, bergerak dan sebagainya akan membentuk gambaran di dalam benak pembaca. Berikan latar yang spesifik.  Jika tokoh Anda selalu mengenakan kemeja kotak-kotak, rompi dan sepatu boot misalnya, cukupkah itu mengesankan kalau ia seorang koboy yang bekerja di peternakan di sebuah desa di Amerika? atau anda masih memerlukan “dukungan” latar akan waktu tahun, latar geografis, iklim dan sebagainya untuk menguatkan karakter ini?

Berikut tips mengeksplorasi setting yang saya aplikasikan dalam penulisan novel :

> Gunakan latar tempat tinggal, tempat yang diakrabi atau minimal, tempat yang pernah kita kunjungi

Ini akan membangun kesan yang lebih mendalam dan spesifik dari latar novel anda, juga dapat mencakup lebih banyak elemen yang telah diuraikan di atas, karena anda tak sekadar mengenal baik akan latar tempat, tetapi juga kultur sosial masyarakatnya, cuaca, kondisi geografis dan sebagainya yang dapat memberi kontribusi yang kuat terhadap cerita


Riawani Elyta menggabungkan elemen suasana (cuaca), geografis buatan (jembatan) dan juga kultur masyarakat (pedagang kaki lima) dalam salah satu latar novelnya yang berjudul Jasmine :


“Aspal berkilat keperakan, memantulkan cahaya matahari yang kian menampakkan wujud keperkasaannya di angka jarum jam dua belas siang. Satu unit Honda Jazz biru metalik meluncur mulus, melintasi jembatan Barelang yang terpancang megah bersama puluhan beton berdiameter besar nan kokoh di sepanjang sisi jalan. Jembatan yang menjadi ikon Kota Batam dan terdiri dari enam jembatan seluruhnya, merangkai hubungan ketiga pulau : Batam, Rempang dan Galang.

Dari keenam jembatan itu, jembatan pertama dan terakhir adalah paling dikenal. Jembatan pertama adalah yang paling unik, karena memiliki cable stay pengikat jembatan yang jika dilihat dari jauh tampak sangat artistik. Sekilas menyerupai jembatan Golden Gate di San Fransisco. Sementara pada bagian ujungnya, tepatnya di bagian kanan jalan, terdapat puluhan pedagang kaki lima yang menjajakan ragam makanan.”


> Optimalkan lima panca indera (five sense)

Silahkan buka kembali materi deskripsi dan narasi oleh Prisca untuk memperoleh uraian lengkap tentang ini. Pengoptimalan kelima indera ini berguna untuk membangun kekuatan cerita dan kesan yang sampai kepada pembaca meski kita hanya menampilkan info yang penting-penting saja. Tanpa keterlibatan kelima indera ini, narasi anda bisa saja terkesan seperti travel guide ataupun such-a-wikipedia-setting.

Riawani Elyta juga melibatkan sense ini pada pendeskripsian latar beberapa novelnya. Berikut diantaranya:

 “Aroma khas biji kopi yang baru disangrai seketika mengekspansi indera penciuman kami. Aromanya seakan langsung memenuhi udara. Namun, ada sesuatu yang berbeda. Untuk indera penciumanku, ini lebih dari sekadar aroma biji kopi yang tengah disangrai, tetapi aroma yang membangkitkan dejavu.” (The Coffee Memory)


“Pandangan Talitha lalu berpindah pada meja rias yang dua kali lebih kecil dari meja riasnya. Beberapa peralatan khas pria tergeletak begitu saja di atasnya. Bahkan penutup deodorannya masih dalam kondisi terbuka. Talitha menyentuh permukaan meja itu dengan ujung jarinya dan dapat merasakan partikel debu yang menempel di sana kemudian meninggalkan noda di jarinya. (A Miracle of Touch)

> Gali elemen dari latar yang belum diketahui secara luas

Kita telah mengenal Paris dengan menara Eiffelnya, Jogja dengan Borobudur dan jalan Malioboronya, Beijing dengan tembok raksasanya. Bagaimana kalau kita menggali latar tempat lain dari negara-negara ini yang belum banyak tereksplor? Ataupun tetap menggunakan tempat-tempat terkenal tersebut tetapi dengan menggali sisi-sisi lain yang belum tersentuh?

> Riset yang lengkap

Jika kita mengangkat tempat yang asing atau belum pernah kita datangi, maka riset yang lengkap mutlak dilakukan. Riset bisa dilakukan dengan berbagai cara, baik melalui internet, wawancara, menonton film, membaca buku terkait, dan sebagainya.

> Bentangkan imajinasi dan detailkan

Cara ini bisa kita gunakan dalam menulis novel fantasi. Deskripsikan latar imajinermu dengan detail dan runut agar mampu meyakinkan pembaca.


Berikut contoh cuplikan latar novel Gerbang Trinil :

“Tiba-tiba saja, cahaya putih yang mengelilingi mereka perlahan memudar. Areta mulai merasa sesuatu yang keras di bawah pijakan kakinya. Dan perlahan-lahan, di depannya mulai terlihat wujud tiga dimensi berupa sebuah ruangan tertutup dengan satu pintu besar, seperti pintu-pintu besi di kapal laut atau kapal selam yang memiliki pegangan roda besi di tengahnya. Ruangan itu sendiri, bentuknya seperti kabin, dan semuanya berdinding abu-abu. Polos, tanpa apa pun. Hanya ada sebuah lingkaran besar di lantai yang berada di bawah pijakan Areta dan sosok aneh itu.

Di hadapan mereka kini, terdapat dua buah kursi dengan bentuk yang aneh. Seperti kursi biasa, tapi keempat kakinya tidak menyentuh lantai. Bentuknya mirip kapsul setengah terbuka berujung tumpul. Seperti kano mungil yang hanya muat untuk satu orang. Tempat duduknya bulat, memiliki sandaran dan tempat untuk menaruh tangan. Juga terdapat dashboard dengan dua tombol merah dan hijau.”
Share:

0 comments:

Posting Komentar