Kamis, 20 Mei 2021

Pseudoscience, istilah Ilmu semu..


Pseudoscience dalam bahasa indonesia adalah ilmu semu, merupakan sebuah pengetahuan, keyakinan, metodologi, atau praktik yang di klaim sebagai ilmiah tetapi tidak menggunakan metode ilmiah. Ilmu semu bisa dibilang terlihat ilmiah, tapi tidak memenuhi persyaratan metode ilmiah yang dapat diuji dan seringkali bertolak belakang dengan kesepakatan ilmiah secara umum.

Pseudoscience merupakan ilmu yang bisa dikatakan logis tapi tidak memiliki bukti empiris. Contohnya adalah Astrologi dan Fengshui. Astrologi menyatakan bahwa peruntungan seseorang dipengaruhi oleh posisi benda langit (konstelasi atau rasi bintang) saat dia dilahirkan. Karena rasi bintang berudah dalam se tahun maka orang yang lahir pada bulan tertentu, katakanlah Juni, akan dipengaruhi oleh konstelasi bintang yang berbeda dengan orang yang lahir pada bulan Desember. Karena jenis dan jumlah benda langit yang dihadapi oleh dua jabang bayi tadi berbeda maka kekuatan daya (‘energi’) kosmik yang membentuk jiwa kedua anak tadi berbeda sehingga peruntungan hidupnya pun berbeda.

Klaim ini sangat masuk akal, sebab beragam peristiwa biologis maupun fisika di bumi ini banyak yang dipengaruhi oleh benda-benda langit. Contoh, pasang surut air laut dipengaruhi oleh posisi dan jarak bulan dan/atau matahri terhadap bumi. Musim buah-buahan, musim memijah ikan, musim kawin hewan-hewan terntu, bahkan siklus menstruasi (mestrual=bulanan) wanita dipengaruhi oleh peredaran bulan dan matahari terhadap bumi.

Masalahnya, adakah data empiris yang mendukung klaim bahwa orang terlahir di bawah rasi bintang yang sama akan bernasib sama? Ini yang tidak/sulit terbukti.

Sebagai ilustrasi. Ada tiga anak lahir di rumah sakit yang sama, di hari yang sama dan pada jam yang hampir bersamaan. Jika klaim astrologi benar, maka peruntungan hidup ketiga anak tersebut harusnya sama. Kenyataannya, anak pertama sering sakit-sakitan, sekolahnya tidak mulus, tetapi di masa tuanya dia menjadi pengusaha sukses. anak kedua terlahir dengan kondisi ideal untuk ukuran bayi sehat, sekolahnya cemerlang selalu menduduki peringkat pertama, tetapi di masa tuanya pernuh dengan penderitaan dan sakit menahun. Anak ketiga, terlahir dengan kriteria standar, sekolahnya pun masuk kelompok medocre, di masa remajanya terlibat banyak kasus kenakalan remaja, di masa tuanya menjadi politisi sukses.

Karena secara akal sehat, astrologi itu logis, sepertinya ilmiah tetapi tidak ada data empiris yang mendukungnya maka dia disebut ilmu semu atau pseudoscience.

Bagaimana dengan Fengshui?

Feng shui, dalam bahasa Yunani disebut geomancy (geo=bumi, mantis= peramalan), adalah ilmu tradisional Cina tentang tempat atau penempatan sesuatu untuk kepentingan manusia agar selaras dengan alam. Lazimnya fengshui diterapkan dalam pembangunan rumah atau gedung menyangkut posisi, orientasi, dan penataan ruang (interior maupun eksterior).

Prinsip fengshui didasarkan atas keyakinan adanya “daya” atau “kekuatan” atau “energi” yang bersifat positif yang disebut chi atau qi dan yang bersifat negatif yang disebut sha (lawan dari chi). Tujuan penerapan feng shui adalah untuk menjamin agar “energi” positif itu bekerja. Energi positif itu akan menyebabkan kehidupan manusia menjadi lebih selaras dengan alam, tempat tinggal yang sehat, terhindar dari penyakit, murah rejeki, dan panjang umur. Untuk memperoleh energi positif itulah diperlukan penataan letak rumah, penggunaan warna, penempatan lampu, dan pengaturan tata letak perabotan rumah yang sesuai.

Persoalannya, pendeteksian keberadaan chi atau qi hanya dapat dilakukan melalui kepekaan metafisika dan strategi pengaturan tata letak, pewarnaan, dan pencahayaan dan lain-lain itu masih berdasarkan unsur-unsur metafisika, hanya berdasarkan klaim sang master (praktisi).

Selain menyangkut perancangan dan penataan bangunan, ruangan, dan peralatan, feng shui juga mencakup saran-saran terhadap perilaku dan sikap penggunanya. Misalnya, hindari berangkat ke tempat kerja atau tempat usaha secara langsung jika tempat kerja tersebut di sebelah utara tempat tinggal (jangan pergi berbisnis ke arah utara). Jika harus begitu, pergi dulu ke arah timur lalu ke utara baru mengarah ke selatan (ke tempat kerja). Jadi nasihat penyerta prktik fengshui sangat sarat mitos dan tahayul.

Jack Robinson pensiunan professor sains di University of South Florida (USF), suatu ketika merasa gundah menyaksikan Feng Shui dijadikan mata kuliah yang diajarkan pada program pendidikan untuk para pensiunan di universitas bekas tempatnya mengabdi tersebut. Robinson mengangap masuknya fengshui dalam kurikulum USF merupakan ancaman terhadap reputasi USF. Dia mencoba mengingatkan pimpinan program, tetapi pimpinan program menyatakan bahwa mata kuliah itusudah disetujui oleh Komite Kurikulum sebagai bentuk pelayanan mata kuliah yang menarik minat peserta program. Akhirnya Robinson mendaftar untuk ikut kuliah tersebut (sebagai seorang pensiunan), dengan tujuan dapat menjadi pelurus pemahaman terhadap fengshui yang dinilainya tidak ilmiah dan sarat dengan tahayul.

Pada suatu kesempatan dalam perkuliahan Robinson meminta waktu untuk menayangkan sebuah video yang berisi rekaman konsultasi dan kerja praktisi fengshui. Video tersebut dibuat untuk menguji apakah klaim fengshui sebagai sesuatu yang ilmiah dan patut diandalkan. Tiga orang master fengshui disewa secara terpisah untuk memberikan masukan atau saran tentang tata ruang kamar tidur dan ruang tamu di sebuah rumah.. Ketiga fengshui melakukan “diagnosis” dan saran tindakan terhadap kamar yang sama dengan perabot yang sama pula, tetapi ketiganya tidak saling mengetahui. Ketiga master fengshui itu sepakat mengatakan bahwa praktik fengshui adalah ilmiah.

Hasilnya, dua praktisi tidak sepakat soal penempatan ranjang di kamar tidur, dua master sepakat perabotan di ruang tamu sudah benar, tetapi praktisi ketiga mengubah total tata letak perabotan tersebut. Dua master menyarankan penggunaan warna merah cerah untuk sofa dan kursi, tetapi seorang master lagi mengatkan bahwa warna merah dapat berakibat buruk pada kesehatan orang yang menggunakan ruangan tersebut dalam waktu lama.

Berdasarkan hasil eksperimen itu Robinson berkesimpulan bahwa sama sekali tidak ada standar baku yang digunakan praktisi fengshui dalam membuat diagnosis dan solusi yang diberikan.



Share:

0 comments:

Posting Komentar