Senin, 17 Maret 2025

Kekhawatiran yang memuncak kala di negeri orang. Dadaku sesak, tangisku tak tertahan




Dalam kehidupan pasti ada momen bahagi dan juga sedih. Kita memang ingin selalu berbahagia, tetapi keterbatasan kita membuat takdir tak selalu berjalan seperti apa yang kita inginkan.

Di 2025, sangat kontras aku rasakan kebahagiaan dan juga kesedihan itu. Awal tahun, di januari aku berulang tahun, di januari aku akhirnya di karuniai seorang anak yang telah dinanti kehadiran sejak 3 tahun lalu, dan di januari juga aku kehilangan ibuku, satu-satunya orang tuaku yang tersisa.

Kala itu memasuki hari ke 3 perjalanan edutripku. Malam hari yang tenang ditengah kota kuala lumpur. Aku tidur sendirian di kamar hotel lantai 12. Lampu yang temaram, suhu kamar yang nyaman, dan ruangan yang luas membuatku terlarut dengan kesunyian malam itu.

Kerinduanku dengan anak bayiku yang baru lahir, kerinduanku dengan ibuku yang telah tiada, dan juga kekhawatiranku tentang event bola basket. Membuatku menangis sendirian, sesak dadaku. Malam itu luka-luka yang ada muncul kembali. Aku menangis ditengah malam, di negeri jiran Malaysia.

Mencoba kuat menghadapi kenyataan. Mencoba bersiap menghadapi tantangan kedepan sebagai seorang Ayah. Segala kesakitan ini aku yakin akan ada bahagia didepan sana.

Malam yang sempurna itu menjadi malam yang tepat untuk beristirahat dan juga mengeluarkan air mata. Setelah lelah bekerja, renungan malam itu membuatku lepas dan tenang. Air mata membawa turun luka-luka yang ada di hati.

Waktu menunjukan pukul 1 waktu Malaysia, di waktu istirahat yang sempit hanya sisa beberapa jam untuk beraktivitas kembali aku meresapi suasana malam itu. Meski ada beberapa luka dan rindu. Aku tetap harus melangkah maju dan meniti harapan. Aku coba memanggil kenangan bahagia untuk membuatku kuat kembali. Aku harus tetap menjadi sosok yang kuat untuk keluarga dan anakku. Mari terus berjuang dan selalu bersiap menyambut kebahagiaan yang ada di sela-selanya.

 

Share:

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar