Dalam kehidupan pasti ada momen bahagi dan juga sedih. Kita memang ingin selalu berbahagia, tetapi keterbatasan kita membuat takdir tak selalu berjalan seperti apa yang kita inginkan.
Di 2025, sangat kontras aku
rasakan kebahagiaan dan juga kesedihan itu. Awal tahun, di januari aku berulang
tahun, di januari aku akhirnya di karuniai seorang anak yang telah dinanti
kehadiran sejak 3 tahun lalu, dan di januari juga aku kehilangan ibuku,
satu-satunya orang tuaku yang tersisa.
Kala itu memasuki hari ke 3
perjalanan edutripku. Malam hari yang tenang ditengah kota kuala lumpur. Aku
tidur sendirian di kamar hotel lantai 12. Lampu yang temaram, suhu kamar yang
nyaman, dan ruangan yang luas membuatku terlarut dengan kesunyian malam itu.
Kerinduanku dengan anak bayiku
yang baru lahir, kerinduanku dengan ibuku yang telah tiada, dan juga
kekhawatiranku tentang event bola basket. Membuatku menangis sendirian, sesak
dadaku. Malam itu luka-luka yang ada muncul kembali. Aku menangis ditengah
malam, di negeri jiran Malaysia.
Mencoba kuat menghadapi
kenyataan. Mencoba bersiap menghadapi tantangan kedepan sebagai seorang Ayah.
Segala kesakitan ini aku yakin akan ada bahagia didepan sana.
Malam yang sempurna itu menjadi
malam yang tepat untuk beristirahat dan juga mengeluarkan air mata. Setelah
lelah bekerja, renungan malam itu membuatku lepas dan tenang. Air mata membawa
turun luka-luka yang ada di hati.
Waktu menunjukan pukul 1 waktu
Malaysia, di waktu istirahat yang sempit hanya sisa beberapa jam untuk
beraktivitas kembali aku meresapi suasana malam itu. Meski ada beberapa luka
dan rindu. Aku tetap harus melangkah maju dan meniti harapan. Aku coba
memanggil kenangan bahagia untuk membuatku kuat kembali. Aku harus tetap
menjadi sosok yang kuat untuk keluarga dan anakku. Mari terus berjuang dan
selalu bersiap menyambut kebahagiaan yang ada di sela-selanya.
0 comments:
Posting Komentar